Sunday, 17 December 2017
Gowes Bukit Alesano
Gowes Perdana ke Bukit Alesano, Bukit di daerah Cipelang Bogor yang sudah cukup lama nge hits tetapi baru bisa saya kunjungi sekarang ini. Sabtu 16 Desember 2017 tenyata bukan SIM Card saja yang punya perdana tetapi gowespun ada perdananya, bedanya perdana yang ini tidak perlu registrasi yang bikin ribet nitizen proletar macem saya. Kisah nyata kemarin dari 2 kartu SIM yang dimiliki dua-duanya gagal teregistrasi karena menurut 4444 data tidak di cocok, hadeuhh...bikin sakit kepala. Di tambah masalah gas langka dimana-dimana, nyari gas udah kaya nyari barang antik, susah bener bro. Lagi susah-susahnya nyari gas denger pidato Trump, terasa pengen lemparin si melon ke mukanya. Daripada kepala tambah mumet mending dibawa gowes aja, piknik gak mampu tapi minimal kalau tetangga nanyain, kita lagi pergi..heheh...
Tepat jam 08.20 mulai beranjak dari rumah menyusuri Jl. Raya Cilebut-Pajajaran-Cipaku-Rancamaya. Pukul 09.40 sampai di Tugu Kujang, tidak terlihat goweser-gowesser berlalu lalang, seperti bukan hari sabtu. Jam 10 melanjutkan perjalanan melalui batutulis cipaku tetapi tidak melalui jl.Cihideung. Setelah melalui stasiun batu tulis kita ambil jalan luruske arah Rancamaya dan tidak belok kanan melalui jembatan. Tidak jauh dari gerbang Rancamaya ternyata sedang di bangun Tol Bocimi. Kabar gembira nih bagi yang senang maen ke Sukabumi, karena planningnya Maret 2018 akan dibuka tol Bogor-Cigombong, dengan catatan kalau jalannya sudah jadi..hehe.. Kalau belum beres juga ya podo ae....
Karena sudah lama tidak melalui jalur Cihideung via Rancamaya jadi ada kepingan-kepingan ingatan di otak yang hilang. Untunglah ada bapak security yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar. Ke Durian warso melalui rel kereta merupakan clue jika kita bertanya kepada semua orang disana. Sampai di rel kereta minta tolong sama anak kecil yang sedang melintas buat di foto, kapan lagi lewat marih brohh..momentnya jarang-jarang.
Satu setengah kilometer menjelang Warso Farm tiba-tiba hujan turun lebat, untung ada saung untuk berteduh. Azan zuhur sayup-sayup mulai terdengar, waktu menunjukan jam 12 kurang. Karena hujan sangat lebat lebih baik menunggu sampai agak reda. Kalau saat pulang hujan mungkin tidak masalah jika ditrabas, tetapi jikalau saat berangkat seperti ini harus berhujan-hujan ria, waduh aku tak biasa pemirsa. Hujan reda jam 13.20 langsung sambung lagi gowesnya, tujuannya warung padang sebrang Warso Farm. Gowes tanpa makan siang ibarat mesin kendaraan kehabisan bahan bakar, gak bisa jalan kecuali di dorong. Jam 14.00 lanjut kembali dengan pitstop warung teh manis depan plang BET. Kebetulan sedang ada beberapa Sopir truk yang sedang ngopi di warung tersebut. Munurut mereka tadi ada 5 sepeda yang naik ke atas, sambil mereka memberi saran kepada saya untuk menunggu di warung ini saja sampai mereka turun..Lhaaaaaaa.....Ane kaga kenal mereka broh..huhu... jadi pengen nyopir kalo begini.
Start dari plang BET bagai perang batin dengan tanjakan beton di depan, dalam ilmu psikologi disebut psikis war. Waduh hebat bro ente tau-tauan ilmu psikologi. FYI, bukan ane sombong ya pemirsah, dulu kampus ane selain sebelahan dengan toilet juga sebelahan dengan jur Psikologi, jadi ane sering nguping waktu dosennya ngasih mata kuliah..hehe..
Jangan lupa bro, kalau habis ngomong mulutnya disiram...waduhhhhh....
Ngomong ngemeng apa sih bedanya Psikis war dengan Stars War? Kalau stars war kaga ada tanjakannya bro, kalau psikis war kebalikannya, turunannya yang kaga ada. Andaikan di tanjakannya tidak ada orang, alangkah bahagianya jika bisa mendorong-dorong sepeda. Apesnya beberapa orang penduduk lokal sedang memperhatikan saya, kemudian ada pula anak kecil yang manggil manggil sepeda, membuat mental yang jatuh kembali bangkit. Dengan sangat terpaksa tanjakan pembuka tidak dapat melakukan dorong-dorong karena banyak yang nonton. Untuk tanjakan-tanjakan selanjut, silakan saja anda tebak sendiri....
Bukit Alesano terletak di sebelah kiri jalan sebelum Pos Embrio. Sebelum ke Alesano saya sempatkan untuk foto dulu di papan nama Embrio. Sungguh Ikonik sekali papan ini, jika gowes kesini hukumnya adalah wajib berfoto dibawah papan nama ini. Bagaimana jika sudah terlanjur gowes kesana tetapi lupa atau tidak sempat berfoto dibawah nama ini, maka anda hukumnya wajib mengulang kembali gowesnya dari awal. Eee..busett...
Setelah beberapa meter belok kiri dari Plang Embrio, jalanan bercbaang dua, ke kiri dan ke kanan. Berhubung motor-motor berbelok ke kiri saya mngikuti mereka karena feeling saya mereka pun pasti sama dengan apa yang akan saya tuju. Jalanannya berupa tanah dan ditemui sisa-sisa jalan aspal yang telah rusak. Sebelah kiri terdapat 2 tenda yang sudah berdiri dan diatasnya lagi terdapat bangunan, perkiraan saya villa ternyata sebuah warung dan mungkin juga di jadikan sattlement. Di dapan warung ternyata sudah ngetem mobil bak tukang tahu bulat, mungkin dari bawah mah masih bulat, tapi kalau sudah sampai atas sini bisa jadi udah jadi trapesium..hihi...
Jam 16.05 akhirnya tiba di titik tertinggi bukit Alesano. Sebenarnya ada jalan naik yang pastinya lebih tinggi lagi, tapi menurut Akang penjaga jalan tersebut berakhir di Villa pribadi. Sesaat saya tidak bisa melihat pemandangan apapun di depan mata karena tertutup oleh kabut tebal yang tiba-tiba menyelimuti bukit ini. Sekitar jam 16.15 kabut hilang tersapu angin,secara perlahan-lahan laksana jendela yang tersingkap tirainya, tersaji pemandangan indah di depan mata. Kesempatan ini tidak di sia-siakan, langsung minta tolong sama Akang penjaga untuk pegang kamera. Kemudian ngobrol-ngobrol sejenak dengan si Akang. Menurutnya tadi siang juga ada satu sepeda foto-foto disini tetapi dia lupa menyakan asalnya darimana. Dia juga bercerita kalau sekarang sudah tidak boleh lagi camping di sekitar sini, salah satu permasalahanya yaitu mengenai pemasukan yang didapat oleh pengelola tidak dirasakan oleh pemilik lahan sehingga timbul konflik. Mungkin banyak aspek-aspek lainnya yang menyebabkan larangan bercamping disini yang kita tidak ketahui. Untuk mengatasi para pengunjung ”nakal” yang masih mendirikan tenda, aparat gabungan dari polsek, kodim dan kecamatan terkadang melakukan razia untuk menertibkan para pengunjung tersebut.
Jam 16.30 pamit pulang kepada akang penjaga, beliau menyarankan untuk lewat jalur cor-coran semen, jaraknya lebih dekat untuk keluar dan muncul persis di belakang Pos penjaga portal Embrio. Jalanan ini bagus, tetapi behubung di portal setinggi pinggang sehingga hanya bisa di lalui sepeda saja. Tidak lama kemudian saya sudah tiba di belakang pos penjaga embrio dan keluar melalui jalan pertama kali masuk, tetapi arahnya dari sebelah kanan jalan arah masuk. Pantas saja motor-motor memilih ke arah kiri, karena di depan terdapat portal yang menghalangi mereka.
Jam 18.45 alhamdulillah akhirnya tiba di rumah dengan selamat meskipun sepanjang perjalanan pulang harus hujan-hujanan dan berjibaku dengan kemacetan kota bogor. Waktu tempuh dan jarak tempuh tidak terukur yang penting hati bahagia ..hihi...
Monday, 30 October 2017
Gowes Sukamantri
Siapa sih yang tidak mengenal Sukamantri?? Kalau goweser yang hobby nanjak pasti sudah tidak asing lagi dengan jalur sukamantri. Bagi yang belum tau berarti mas bro sekalian kurang updet. Masa kids jaman now gak tau sukamantri. Banyak-banyakin googling makanya, jangan hoax terus yang dibanyakin..hihi
Hampir satu tahun lebih belum menyambangi Sukamantri, kangen juga akan rindangnya dedaunan, suara jangkrik dan bau hutan TNGH. Apalagi kemarin baru saja membeli hammock, momentnya jadi pas bnget, gowes plus hammockan di Sukamantri. Selain itu, trek makadam Kujang Raider yang melegenda bukannya bikin kapok,tetapi malah semakin membuat para goweser kangen ingin dan ingin kembali lagi kesana. It's the one of uniqueness Sukamantri Camping Ground. Kalau orang Jerman bilang ngangeni.
Sabtu 16 September 2017 berangkat jam 10.30 dari rumah janjian dengan Arif di Billabong jam 11.00. Sampai di Billabong belum ada tanda tanda kehidupan. Jam 11.10 Akhirnya Arif nongol juga. Dasar anak muda, gak butuh istirahat langsung ngajakin cussss aja. Kayanya dia udah tidak sabar untuk berkenalan dengan yang namanya tanjakan demit. Rute yang akan kami lewati yaitu Jl.Atang Sandjaya, bubulak, Pagelaran, Zam-zam tirta, Demit, pertigaan Cunang, masuk ke jalur Demit, banyak group gowes yang menyebutnya warung tutup, karena keseringan warungnya tutup terus. Tapi beberapa kali saya kesana warungnya kebetulan selalu buka, jadi saya menyebutnya warung buka..hehe..itu mah karena mereka lagi apes aja kali ya. Cuciann deh kamyuu..
Jam 12.30 kami akhirnya tiba di demit. Di tengah terik sinar matahari kami berdua berusaha sekuat tenaga menaklukan salah satu dari 10 tanjakan maut di Bogor, tapi versi saya..hihi.. kalau versi pulisi yang pertama pasti tanjakan Selarong.lol.
Meskipun dengan susah payah letih lelah kami akhirnya sampai di ujung tanjakan.
Next destination yaitu Sukamantri. Jam 13 lebih kami meninggalkan Demit. Incaran kami selanjutnya yaitu warung nasi dan mesjid. Tapi berhubung cuaca hot banget, justru kami lebih banyak berhenti di warung-warung kelontong membeli minuman. Cuaca panas perut kembung gowespun jadi mlehoy. Di pertigaan Ciapus Curug Nangka akhir ketemu jg warung padang, hajarrr...
Jam 14 kami melanjutkan perjalanan masuk ke jl Taman sari. Setelah melewati danau kami berhenti kembali di sebuah mesjid. Terlihat dari depan sedikit panas,tetapi jika kita ke belakang, sejuknya bukan maen bro. Habis Sholat rebahan jadi pengen tidur aja, gak pengen gowes. Sampai di pertigaan warung buka tutup, aspal berganti batu-batu. Meskipun matahari masih terik tetapi udaranya sejuk di tambah angin yang semilir. Jam 15.30 kami sampai di Kujang Raider, merupakan kawasan yang juga di pakai untuk latihan tentara. Pintu gerbang perkemahan sekitar 3 km dari gerbang ini. Meskipun jaraknya pendek,tetapi kami memerlukan waktu yang panjang hingga sampai gerbang perkemahan bumi sukamantri. Maklum mas broh, kita-kita bukan atlit pelatnas.
Jam 16.10 kami sampai di gerbang dan mmbayar biaya masuk 12ribu perorang. There 're something different when I last coming here. Sekarang sudah ada ikon bacaan Sukamantri, macem di tempat-tempat wisata lainnya. Tapi untung lah blum ada rumah pohon. Kalau udah ada rumah pohon, hadeuhh....
Pesen teh manis plus indomie telor sama ibu warung, cuci mulut dengan pisang. Hanamasa hokben warung teko,lewat dah nikmatnya sama ini. Setelah makan kami mulai mencari-cari pohon untuk memasang hammock. Beberapa saat berputar ke belakang kemudian kebawah kesamping ke atas tidak juga menemukan tempat karena kebetulan sedang ramai oleh para pengunjung yang kamping, akhirnya harus puas duduk2 saja menikmati Pemandangan kota bogor dari ketinggian.
Jam 17.30 kami meluncur pulang. Meskipun berupa turunan, tp karena berupa makadam, bukannya enak, tangan malah terasa kesemutan hingga harus beberapa kali berhenti buat senam tangan. Alhamdulillah jam 19.30 akhirnya tiba di rumah dengan total jarak 59 km. Trims buat bro Arif, meskipun gowes dadakan tetapi selalu siap tempur.
Sunday, 15 October 2017
Gowes Desa Malasari (TNGH) dengan Team Jarwo
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGH) wilayahnya meliputi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak(Banten) Tidak heran pintu masuknya tersebar di beberapa titik, selain di Gunung Bunder, Cidahu dan Kabandungan, salah satunya terdapat pula di Desa Malasari.
Belum genap 1 bulan setelah gowes seorang diri ke Malasari, datang ajakan dari Om IP sebagai salah satu dedengkot Jarwo untuk kembali mengulang kembali trek Malasari, ditambah iming-iming melewati tanjakan keramat, membuat ajakan ini sulit ditolak apalagi dilewatkan. Kalau sebelumnya start dari Leuwiliang tetapi kali ininya startnya dari depan rumah. Kalau kata ABG sekarang mah, sesuatu bingittt. Kuat gak yah akoh?? Secara sudah hampir dua minggu nih vacuum gowes karena tugas luar kota, jadi otomatis kondisi fisik agak berbeda dari sebelumnya..huhu..semangattt.. !!
Tidak seperti biasanya, malam menjelang gowes saya bisa tidur nyenyak..hehe.. karena banyak orang yang mengalami kalau ada acara gowes bareng dan harus bangun pagi malah jadi sulit tidur, mungkin karena over exiciting kali ya..cemas atau bisa juga karena habis bertengkar sama pacar atau mantan...lho..lho..kok malah jadi curhat.
Cemas atau takut gak kuat jangan sampai muncul dipikiran kita sebagai pegowes. "You are what you think you are" begini nih kata kakek uyut iyit gw Sigmund Freud. Saat seseorang berpikir gak kuat, bisa jadi yang tadinya dia kuat menggowes menjadi tidak kuat alias lemah syahwat. Lhaaaaaa.....mending japri aja dah bro kalo lemah nyang itunya.
Sabtu 7 Oktober 2017 janjian dengan Arif di Billabong jam 05.30. Jam 05.45 dapat telp dari Arif bahwa dia sudah sampe di Billabong. Bujug dah, gw lagi asik makeup pan sontak ngelempar blas on dan maskara. Lima menit kemudian langsung ngibrittttt ke tempat Arif menunggu di komplek Billabong. Kaga nyangka Arif bisa datang melebihi prediksi gw yaitu pukul 06. Sampai di Billabong Arif senyam senyum menyambut kedatangan saya. Tapi sebenarnya tanpa perlu berkata-kata pun saya tahu yang kau pikirkan sebenarnya anak muda...haha...(Lamaaaaaa.....)
Di tempat terpisah Om IP dan Riza sudah sampai di Parung Kahuripan, tapi berhubung jalurnya sedikit berbeda kita janjian bertemu di Ciampea. Sekitar jam 06.30 start gowes dari Bilabong, Satu jam gowes kami sampai di Ciampea, tepatnya di depan RM Pare Sunda. Sambil menunggu Om IP, Riza dan Harlie dalam perjalanan dari Parung Kahuripan.
Saya dan Arif mengisi bahan bakar berupa semangkuk bubur ayam Cianjur. Untung saja bukan chief Juno yang mencicipi nih bubur, bakalan di bully kalo beneran dia yang nyobain. Dilalahnya yang cicip itu chief hans dan chief Arif dari Bojongkenyot, bagi mereka soal rasa nomer dua puluh dua, yang paling utama perut kenyang...haha..dalam beberapa saat saja semangkuk bubur dilahap habis tak tersisa. Setengah jam kemudian wajah wajah sumringah om IP dkk datang juga, ternyata ada miss komunikasi diantara kami karena mereka menyangka saya dan arif akan berkumpul di Parung Kahuripan sehingga mereka sempat menunggu nunggu saya dan Arif. Olaaah....
So, gowes kali ini terkumpul 5 personel yang akan berjuang menaklukan tanjakan keramat Desa Malasari. Lima personel kalo dalam novel mah udah kaya lima sekawan(The Famous Five) karangan Enid Blyton yang siap bertualang. Tapi sayang 5 sekawan nyang ini isinya sekong semua ..hihi..
Ngobrol ngalor ngidul, ternyata selain saya yang sempat break 2 minggu tidak gowes, ada juga Harlie yang katanya habis menjalani proses recovery selama tiga bulan setelah sebelumnya gowes bikecamp ke Cidahu. Tapi kalau menurut saya sih 3 bulan lebih mirip cuti melahirkan ya dibanding recovery. Yo wess lah..semoga lancar mas bro persalinannya..Laaahhh....
Menjelang pom bensin galuga tiba-tiba ada rider roadbike dengan sopannya menyalip kami. Bagi saya mungkin hal biasa karena saya seringnya memang disalip, jarang bisa menyalip..hihi..tapi tidak bagi Riza, punya power besar tapi tidak ada penyaluran ibarat orang yg libidonya lagi tinggi, kalo tidak disalurkan bisa membuat kegaduhan di dunia persepedahan. Dengan lewatnya road bike menjadikan ajang penyaluran hasrat biolobike bagi Riza, dengan sedikit provokasi sang Rider RB langsung ditempel ketat sampai mereka berdua hilang dari pandangan mata. Dijamin ngapp dah tuh rider di kintilin sama Riza. Rider RB berbelok ke arah karacak menuju pabangbon sedangkan kami lurus terus melewati pasar leuwiliang ke arah Cibeber.
Baru beberapa saat melewati pasar, om IP dan Riza udah tidak terlihat lagi jejak jejak ban sepedanya. Karena patokannya Cibeber, saya, Arif dan Harlie berbelok ke ke jalan raya Sadeng-Hambaro. Beberapa kilometer gowes tetap saja belum ada tanda-tanda dari dua sosok makhluk di depan. Sesaat kemudian om ip menelpon kalau mereka tidak berbelok...waduh..kumaha ieu...
Akhirnya saya menanyakan apakah mereka akan melewati jembatan leuwinanggung, ternyata mereka juga akan lewat sana juga tetapi dengan jalan berbeda dengan melalui jalan Tugu Antam(Jl.Ace Tabrani). Akhirnya kami janjian regroup kembali di Alfamart Leuwinanggung.
Melewati jalan Raya Sadeng-Hambaro relatif lebih sepi dibanding jika kita melewati tugu Antam yang merupakan jalur angkutan umum, sehingga rekomended sekali untuk pesepeda yang ke arah Malasari atau ke Pabangbon via Jl.Raya Antam melalui jalan ini.
Harlie yang baru recovery terlihat sangat berbeda dibanding saat gowes ke Cidahu,look like more powered that day, tapi kali ini menjadi slowly but not sure..hehe.. Tanjakan jalan Hambaro relatif nanjak halus, meskipun begitu kaki saya mulai merasakan agak sedikit nyeri saat menemui tanjakan yang lebih dari halus. Padahal baru 2 minggu dengkul tidak dipakai tetapi sangat terasa pengaruhnya terutama saat di tanjakan, apalagi Harlie yang selama 3 bulan tidak gowes. Tidak sampai karatan pun masih untung tuh dengkul.
Di Alfamart kami regroup sambil memenuhi kembali botol-botol minum yang telah kosong. Di tengah teriknya sorot matahari kami melanjutkan perjalanan kembali. Berapa banyak kami beristirhat? sepertinya tidak terhitung. Gowes nanjak tengah hari bolong membuat kami berkali-kali ber istri banyak...eh..beristri rahat. Sang marshal mister Riza sampai geleng-geleng kepala saking banyaknya waktu yang di sediakan untuk istirahat...yang sabar mister..kalo gowes level kampung emang kaya gini, lebih banyak ngendon diwarung dibanding gowesnya..hehe.. Sasaran kami selanjutnya adalah belokan jl gedong lb.cibeber, demikian petunjuk maps yang diberikan om Adi. Kalau jalur yang dikasih om Adi mah pasti bakalan cihuyyy treknya, sudah tak perlu diragukan lagi, sudah teruji dan terbukti.
Regroup di Alfamart
Berhubung sudah masuk waktu makan siang, om ip memberikan isyarat kepada mr.riza selaku marshal untuk berhenti jika ada warung nasi. Hingga akhirnya sampai di pertigaan jalan masuk gedong cibeber ada sebuah warung nasi, tetapi karena info intelejen di depan masih terdapat warung, terpaksa warung tersebut kita lewati. Tindakan yang mengakibatkan penyeselan di kemudian hari. Padahal informasi statusnya udah A1 loh..
Setelah masuk jalan Gedong Cibeber, tanjakan yang dihadapi semakin menjadi-jadi, di tambah perut sudah susah diajak kompromi, jadi mengganggu konsentrasi para personil gowes kali ini. Setelah berhenti beberapa kali mencari warung nasi tidak ketemu, menurut penuturan penduduk setempat warung nasi terakhir di jalan masuk jalan gedong cibeber tadi yang notabene kami sudah lewati. Oh em jiiii....Penyeselan memang tidak ada yang duluan ya, selalu aja belakangan. Hingga akhirnya sekitar pukul 13.00 kami menemui warung indomie. Depan warung terdapat mesjid, cucok dah untuk tempat isi perut yang udah kering kerontang.
Indomie Lover mencari cinta
Pukul 14.00 kami start kembali dengan di lepas oleh anak-anak kecil yang berteriak- teriak memanggil sepedaaa..sepedaaa...beberapa anak kadang mengajak toss dengan kami. Selepas melewati kampung, kami mulai menghadap medan berbukit dengan beberapa kali rolling dan tanjakan nya semakin edaannn...ternyata banyak tanjakan demitnya di daerah marih.hadeuhh....ampunn biyung.
Turunan cihuyyy
Tanjakannnya bikin mLehooyyy
Hanya Riza yang membabat habis semua tanjakan-tanjakan setan yang ada disini, 4 sekawan sisanya hanya bisa mendorong sambil berdoa semoga cepat sampai di tanjakan keramat. Karena tanjakan keramat merupakan tanjakan terakhir untuk mencapai gerbang TNGH. Setelah cukup lama gowes campur dorong, akhirnya kami tiba di Kantor Desa Malasari, artinya 1.5km lagi kami akan sampai di pintu gerbang TNGH. Tidak berapa lama kemudian Pak sekdes keluar dari kantor Desa, beliau sangat welcome atas kedatangan kami. Bahkan beliau mempersilakan kami menginap di kantor desa atau di rumah beliau jika kami memang memerlukan tempat menginap. Waaaww..patut di acungi 5 jempol buat pak sekdes atas hospitalitynya. Sayangnya saya lupa foto bareng pak sekdes. Cuma om IP yang yang sempat berfoto dengan beliau. Terimakasih pak sekdes atas rambutannya...eh..sambutannya.
Kantor Desa Malasari
Om Ip dan Pak Sekdes
Tanjakan keramat demikian sebutan yang diberikan oleh para pesepeda untuk tanjakan ini. Membentang sekitar 1,5Km berawal dari kantor Desa Malasari sampai pintu gerbang TNGH. Menurut pak sekdes, di tengah tanjakan terdapat kuburan yang dianggap keramat oleh penduduk setempat sehingga dinamakan tanjakan keramat. Setelah puas foto-foto, saya, Arif dan Harlie mulai icip-icip tanjakan , perlahan-lahan kami mengayuh pedal kami agar dapat marayap naik ke atas. Semakin ke atas ternyata sudut kemiringannya tajam. Di sebuah pos kamling kami istirahat mengambil nafas, tidak lama kemudian om IP menyusul bergabung. Hanya Riza yang mampu menggowes tanpa henti hingga gerbang TNGH. Salah satu contoh power of mind kaya begonoh ini.
Dengan di iringi hujan gerimis kami berempat mendorong dengan susah payah hingga pintu gerbang TNGH. Di sepanjang tanjakan keramat tersajikan salah satu menu wisata di desa ini yaitu sawah terasiring 1001 undak. Buat lo yang punya rencana liburan ke Bali hanya sekedar lihat Ubud, mending cepet-cepet lo cancel tiket lo,lo refund terus lo ambil duit lo dah buat ongkos kemarih. Gak usah jauh-jauh ke Bali, disini lebih indah, lebih keren, lebih ke kinian dan pemandangannya instagramable pake bangettt. Sawahnya benar-benar amazing, ekspektasi yang lo dapatkan bakalan melebihi apa yang lo bayangkan. Btw, ngomong-ngomong lo pernah ke Bali mas bro?? Haha...belum pernah juga sih om broh. Gubraakkk dah gua.
Kantor Desa dari atas Tanjakan Keramat
gowes ala-ala spanyol
Harlie sedang menghitung 1001 sawah terasiring
pantang menyerah menaklukan tanjakan keramat
Jam 16.00 lebih kami sampai di warung teteh TNGH. Hujan semakin deras, sambil menunggu reda kami memesan teh manis untuk menghangatkan perut. Teteh warung yang maniz dan ramah semakin membuat suasana semakin hangat. Seperti halnya dengan pak sekdes, teteh warung pun mempersilakan jika Ada yang ingin menginap bisa di teras warungnya. Salutt banget untuk hospitality orang-orang disini, memang seharusnya sikap seperti ini yang dimiliki oleh penduduk desa wisata dimanapun dan apapun jenis wisatanya jika ingin maju. Teman-teman ternyata lebih tertarik dengan tawaran teteh warung dibandingkan dengan tawaran pak sekdes. Hadeuhh....dasar kadal buntung lo pade....haha..
Gerbang TNGH
Jam 17.30 kami pulang dengan jalan berbeda yaitu melalui jalan desa wisata Malasari. Kalo kata marshal sih kita melewati jalur kandang ayam. jam setengah 7 masih disekitaran hutan, Riza mengalami kempes ban karena bocor membentur polisi tidur saat di perkampungan tadi. Besok besok mah polisi jangan tidur disitu lagi dah, mending suruh tidur di rumah pak sekdes aja. Tapi jangan tidur di warung si teteh gerbang, karena baru saja om IP kontak traveloka untuk booking selama 1 tahun ke depan. Eh..buseett..mau nambah lagi nih ceritanya, mentang-mentang disitu susah sinyal..hehe..
Bocor ban di hutan
Perjalanan kami ke bawah mendapat bantuan dari seorang pengendara motor yang baik hati, yang secara sukarela mengawal kami demi menerangi jalan yang akan kami lewati. Sesuatu hal sepele tetapi sedikit orang yang mau melakukan, besar manfaatnya bagi orang yang membutuhkan. Terimakasih om penunggang motor, kami tidak mengenal anda, kami tidak mencatat nama anda, tapi kebaikan anda insyallah akan dicatat oleh malaikat Raqib. Aminn.
Menjelang terminal leuwiliang kami mampir disebuah warung nasi goreng. Waktu menunjukan pukul 19.30, pantes aja perut sudah terasa kriukk..kriukk..
Di pertigaan Ranca Bungur kami terpecah dua, Om IP dan Riza melewati rancabungur menuju Parung Kahuripan, sedangkan saya beserta Arif dan Harlie melewati jalan Atang Sandjaya.
Alhamdulliah, sampai di rumah jam 22.30 dengan total jarak tempuh 124 km. Trims buat team jarwo, next time kita explore kembali TNGH dengan rute yang lebih gila,lebih edann dan yang lebih menyeramkan tanjakannya. Mengutip kata-kata Ariel Peterpan: "kalian luar biasaaa..."
Reply, Reply All or Forward
Sunday, 13 August 2017
Gowes Hambalang-Kampung Baru-Anaconda Bersama Team Jarwo
Gowes Desa Hambalang Anaconda merupakan salah satu trek yang cocok untuk habitat para penunggang MTB. Karena selain on road treknya juga terdapat jalur off road saat kita sampai di jalur anaconda. Berawal dari permintaan Om Ahwie untuk ditemani gowes ke Desa Hambalang kemudian beberapa teman di group Jarwo ternyata tertarik untuk ikut serta menjajal trek legendaris ini.
Minggu 6 Agustus 2017 janjian tikum di Sirkuit Sentul pukul 07.00. Sekitar jam 06.45 om Ahwie tiba lebih dulu di Sirkuit. Meskipun beliau gowes langsung dari rumah di kawasan Cibubur ternyata beliau lebih dulu sampai dari saya yang terbilang tidak begitu jauh dari Sentul. Sekitar jam 07.00 saya sampai di sirkuit dengan perut yang sudah kenyang terisi nasi uduk saat melewati kandang roda. Tidak lama kemudian muncul Arif, Om Pardi, Om Asep, Om Zaenal, Si Mbah dan terakhir Om Ahwie yang sudah sampai sejak dari tadi tetapi penampakannya belakangan. Terakhir kami masih menunggu Habsy yang memberi kabar kalau posisinya masih di Pemda. Jam setengah 8 dengan nafas tersengal-sengal habsy muncul dengan wajah super imutnya. Sejenak kami memberikan kesempatan untuk hasby menikmati nafas sepuasnya sebelum menghadapi tanjakan-tanjakan hambalang yang membuat kita sulit untuk mengambil nafas.
Delapan goweser dengan Om Asep selaku Marshal merangkap RC dan Sweeper langsung melesat cepat masuk ke dalam sirkuit, saking semangatnya beliau sampai salah jalan ke arah dalam sirkuit sentul yang saat itu sedang ramai oleh mobil-mobil yang akan racing. Untung saja bapak security dengan sigap menghadang om Asep. Semangat beliau yang masih menggebu-gebu membuat kita tidak sia-sia mendaulat beliau sebagai sebagai Marshall kali ini. Melewati Palm Hill Golf beliau mulai mengeluarkan senjata andalannya, kamera nixon. Mantap kali marshall kita kali ini, ternyata selain gowes beliau juga hoby fotografi. Gosip yang beredar di Lambe lurah, Lambe Camat, Lambe nnyinyir dan lambe-lambe lainnya, beliau ini mantan fotografer majalah Kuncung..hehe..top bingitt kan..
Sampai di depan kantor Tagana kita foto-foto prewed dulu macem Raisah vs Hamidnudin sebelum menghadapi tanjakan super edan. Karena mulai dari ini tanjakannya gak ada berhentinya sampai Kantor Desa Hambalang. Meskipun jaraknya tidak jauh tetapi bikin nafas tersengal-sengal dan mata merem melek saking enaknya nih tanjakan. Menjelang finish tanjakan depan mesjid Al-falah, si Mbah terlihat menuntun peliharaannya karena sudah ngambek tidak mau dinaiki lagi. Jam 9 kurang kita sampai di warung teteh hambalang kemudian memesan beberapa gelas teh manis. Di warung teteh juga sudah berkumpul juga beberapa personil dari grup Romli seperti om niman, om wito, pak Yono dll yang sudah lebih dulu sampai.
Setelah menghabiskan teh manis kami melanjutkan kembali menuju Kampung Baru Desa Hambalang. Kampung Baru merupakan kampung yang terletak di paling atas desa Hambalang. Dari warung Teteh ke arah Sentul kami belok kiri disamping mesjid kecil mengikuti jalur semen yang samakin di ikuti semakin miring jalanannya. Saking miringnya kaki Arif sampai kram hingga harus turun menuntun sepeda. Tetapi thumb up buat Arif, this is the first time he’s Uphill tapi dia udah bisa nanjak setinggi ini. Hebattt!! Di tambah usia baru 20an dijamin power bakalan terus menerus ngisi jika rutin latihan nanjak. Berhenti sejenak mendinginkan dengkul Arif yang sepertinya tadi mengalami overheat. Menurut Arif, setiap hari dia bike to work Bojonggede-Cilandak pp dengan jarak sekitar 50 km. Wowww.. pantes aja, ini baru pertama kali, apalagi nanti ke dua..ketiga..ke empat..lama-lama kaya saskia gothik..lol.
Tanjakan ke kampung baru emang bener-bener ajib, om Asep sebagai kuncen hambalang pun kesulitan untuk menaklukan tanjakan yang satu ini. Di depan rumah-rumah penduduk kami semua bergelimpangan di jalan seperti ragi tape yang sedang di jemur, baunya udah kaga karuan. Kebetulan beberapa ratus meter dari kampung ini memang ada home industry pembuatan ragi, jika kita lewat persis di depannya tercium bau-bau asam yang kecut. Tiba-tiba om Zaenal panik mencari-cari si Mbah yang hilang dari pandangan mata, namun si Mbah tiba-tiba muncul dengan seplastik pisang goreng yang dibeli dari warung penduduk sekitar yang sudah dingin, walaupun rasanya sudah tidak karuan tetapi niat beliau untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar patut untuk di acungi jempol untuk si Mbah. Antara niat tulus, pencitraan dan modus ternyata memang beda-beda tipis ya..hehe
Kata siapa ban 29” berat di tanjakan, itu mah dengkul lo aja kali broh yang kaga pernah di setup. Om Ahwie dengan Polygon 29” semakin gak terbendung mulai dari Palm hill, Tagana sampai Kampung Baru. Teori roda 29” yang lebih berat saat melalui tanjakan tidak berlaku bagi om Ahwie. Dengan spesifikasi dengkul keluaran terbaru dan betis made in Sidoardjo yang langsung di pasok oleh pabriknya, beliau dengan lahapnya menghabiskan tanjakan-demi tanjakan yang ada. Ternyata teori Roda 29” berat di tanjakan bisa dipatahkan jika kondisi dengkul seseorang sudah mencapai suatu tingkat kekuatan tertentu. Tesisnya berat gowes itu berbanding lurus dengan kondisi dengkul seseorang. Hadeuh...makin ngaco aja nih tulisan. Dari kampung baru kami turun kemudian belok kiri ke jalur offrot, meliuk-liuk melewati ilalang dan ladang-ladang penduduk. Lagi-lagi ini adalah menu santapan om Ahwie yang sedari kecil udah biasa main DH di KTH dan Cihideung. Kalau saya kecilnya main gundu atau layangan, tetapi om satu ini kecilnya aja udah hoby main downhill. Tidak heran baru sebentar aja udah menghilang dari laporan pandangan mata. Berbeda saat menuju kampung Baru, kali ini raut wajah teman-teman terlihat ceria melihat turunan yang tersaji di depan mata. Kaki Arif yang tadinya kram langsung sembuh karena melihat turunan. Muka hasby yang kalau orang betawi bilang "muka nyolot" saat nanjak mendadak berubah menjadi lucu dan imrutt bin gemesssin.. Sedangkan Om Zaenal tetap dengan tugasnya selalu setia mengawal si Mbah di segala medan. Om Pardi pun sudah tak terlihat rimbanya.
Tiba di Jalur Anaconda masing-masing personil sibuk dengan kameree ponsel masing-masing, sedangkan om Asep masih dengan sisa-sisa naluri fotografernya mengeluarkan Nixon DSLR, keren banget dah om Asep udah kaya Roby Darwis.... eh salah...Darwis Triadi.
Hari ini jalur anaconda sedikit lebih ramai dari biasanya karena ada acara berburu babi yang dilakukan oleh sekelompok orang, ada juga club mobil Offroad dan motor trail yang berlalu lalang. Bahkan sempat berpapasan dengan seorang bule yang sedang lari cross country. Baru beberapa ratus meter menikmati turunan Anaconda anting RD Habsy tiba-tiba patah tetapi beruntung Om Pardi membawa tools lengkap. Om Pardi langsung menyulap sepeda Hasby menjadi onespeed, sebuah pilihan yang berat memang tetapi harus dilalukan. Jalur Anaconda ke arah Jungle Land kita lalui dengan gowes campur dorong karena jalurnya memang ada yang disable buat di gowes. Sampai sungai di belakang jungle land sepeda-sepeda langsung pada nyebur karena kepanasan. Habis mandi, udah seger lanjut lagi melewati babakan madang hingga di depan hotel Harris Sentul Om Pardi memberikan kode untuk berbelok ke arah Az-zikra untuk melewati trek kebun singkong sampai tembus di samping pintu tol sirkuit Sentul. Berhubung tengah hari sudah lewat kami makan siang dahulu di sebuah warung makan rekomendasi Om Pardi. Rekomendasi yang oks bangett..
Om Zaenal dan Si Mbah sudah pamit duluan saat kami masih asik makan dengan alasan tidak kuat menahan godaan makhluk-makhluk yang singgah di rumah makan ini.huhehe...Modus aja nih makhluk dua...bilang aja takut disuruh bayarin semuanya. Lanjut mlipir melewati jalur pinggir tol. Kali ini roda 29” pun ngacir lebih dahulu dari yang lain. Setelah di selik kidik lebih mendalam ternyata eh ternyiti yang punya sepeda perutnya mules-mules akibat kebanyakan makan sambel setan, ridernya pun jadi ugal-ugalan macem bus puncak nyang kaga ada remnya, om telolettt om....eh toilet..hueheh..sukses om semoga ketemu ya...!!
Di kolong tol Citereup om Asep belok kanan sedangkan kami ke kiri ke arah komplek LIPI melewati kampung-kampung. Kalau zaman Majapahit mirip banget cerita Desa Warnana karya Mpu Prapanca, bedanya mereka jalan kaki atau naik kuda sedangkan kami naik sepeda..haha.kaga nyambung broh perumpamaan eloh!! Depan CCM om Ahwie lurus menuju cibubur, hati-hati om see you in next trips. Saya, arif, Hasby dan Om Pardi belok kiri ke arah Pemda kemudian berpisah di pertigaan bambu kuning untuk melanjutkan pulang ke rumah masing-masing. Not Increadible hulk, but this is increadible biking. Tidak masalah berapa jarak yang sudah di tempuh tetapi kebersaman dan keceriaan its a moment that you'll never to forget it.
Alhamdullillah....pukul 16.00 sudah tiba di rumah.
Thanks to Jarwo Team and om Asep as chief of Marshall and om Pardi as deputy Marshall
Subscribe to:
Posts (Atom)
GOWES CIORAY-SUKAMAKMUR
CIORAY-SUKAMAKMUR Senin 28 Pebuari 2022 bertepatan dengan hari libur Isra Miraj gowes dengan tujuan Cioray Sukamakmur. Setelah membaca berit...
-
30 Tanjakan Miring di Bogor Bagi goweser yang tidak suka travelling tetapi hobbynya nanjak mungkin ini bisa menjadi referensi untuk mengh...
-
Minggu 13 September 2015, gowes September Ceria menuju Curug Leuwihejo sebuah destinasi wisata yang sedang nge-hits di dunia maya karena ke ...