Sunday, 17 December 2017
Gowes Bukit Alesano
Gowes Perdana ke Bukit Alesano, Bukit di daerah Cipelang Bogor yang sudah cukup lama nge hits tetapi baru bisa saya kunjungi sekarang ini. Sabtu 16 Desember 2017 tenyata bukan SIM Card saja yang punya perdana tetapi gowespun ada perdananya, bedanya perdana yang ini tidak perlu registrasi yang bikin ribet nitizen proletar macem saya. Kisah nyata kemarin dari 2 kartu SIM yang dimiliki dua-duanya gagal teregistrasi karena menurut 4444 data tidak di cocok, hadeuhh...bikin sakit kepala. Di tambah masalah gas langka dimana-dimana, nyari gas udah kaya nyari barang antik, susah bener bro. Lagi susah-susahnya nyari gas denger pidato Trump, terasa pengen lemparin si melon ke mukanya. Daripada kepala tambah mumet mending dibawa gowes aja, piknik gak mampu tapi minimal kalau tetangga nanyain, kita lagi pergi..heheh...
Tepat jam 08.20 mulai beranjak dari rumah menyusuri Jl. Raya Cilebut-Pajajaran-Cipaku-Rancamaya. Pukul 09.40 sampai di Tugu Kujang, tidak terlihat goweser-gowesser berlalu lalang, seperti bukan hari sabtu. Jam 10 melanjutkan perjalanan melalui batutulis cipaku tetapi tidak melalui jl.Cihideung. Setelah melalui stasiun batu tulis kita ambil jalan luruske arah Rancamaya dan tidak belok kanan melalui jembatan. Tidak jauh dari gerbang Rancamaya ternyata sedang di bangun Tol Bocimi. Kabar gembira nih bagi yang senang maen ke Sukabumi, karena planningnya Maret 2018 akan dibuka tol Bogor-Cigombong, dengan catatan kalau jalannya sudah jadi..hehe.. Kalau belum beres juga ya podo ae....
Karena sudah lama tidak melalui jalur Cihideung via Rancamaya jadi ada kepingan-kepingan ingatan di otak yang hilang. Untunglah ada bapak security yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar. Ke Durian warso melalui rel kereta merupakan clue jika kita bertanya kepada semua orang disana. Sampai di rel kereta minta tolong sama anak kecil yang sedang melintas buat di foto, kapan lagi lewat marih brohh..momentnya jarang-jarang.
Satu setengah kilometer menjelang Warso Farm tiba-tiba hujan turun lebat, untung ada saung untuk berteduh. Azan zuhur sayup-sayup mulai terdengar, waktu menunjukan jam 12 kurang. Karena hujan sangat lebat lebih baik menunggu sampai agak reda. Kalau saat pulang hujan mungkin tidak masalah jika ditrabas, tetapi jikalau saat berangkat seperti ini harus berhujan-hujan ria, waduh aku tak biasa pemirsa. Hujan reda jam 13.20 langsung sambung lagi gowesnya, tujuannya warung padang sebrang Warso Farm. Gowes tanpa makan siang ibarat mesin kendaraan kehabisan bahan bakar, gak bisa jalan kecuali di dorong. Jam 14.00 lanjut kembali dengan pitstop warung teh manis depan plang BET. Kebetulan sedang ada beberapa Sopir truk yang sedang ngopi di warung tersebut. Munurut mereka tadi ada 5 sepeda yang naik ke atas, sambil mereka memberi saran kepada saya untuk menunggu di warung ini saja sampai mereka turun..Lhaaaaaaa.....Ane kaga kenal mereka broh..huhu... jadi pengen nyopir kalo begini.
Start dari plang BET bagai perang batin dengan tanjakan beton di depan, dalam ilmu psikologi disebut psikis war. Waduh hebat bro ente tau-tauan ilmu psikologi. FYI, bukan ane sombong ya pemirsah, dulu kampus ane selain sebelahan dengan toilet juga sebelahan dengan jur Psikologi, jadi ane sering nguping waktu dosennya ngasih mata kuliah..hehe..
Jangan lupa bro, kalau habis ngomong mulutnya disiram...waduhhhhh....
Ngomong ngemeng apa sih bedanya Psikis war dengan Stars War? Kalau stars war kaga ada tanjakannya bro, kalau psikis war kebalikannya, turunannya yang kaga ada. Andaikan di tanjakannya tidak ada orang, alangkah bahagianya jika bisa mendorong-dorong sepeda. Apesnya beberapa orang penduduk lokal sedang memperhatikan saya, kemudian ada pula anak kecil yang manggil manggil sepeda, membuat mental yang jatuh kembali bangkit. Dengan sangat terpaksa tanjakan pembuka tidak dapat melakukan dorong-dorong karena banyak yang nonton. Untuk tanjakan-tanjakan selanjut, silakan saja anda tebak sendiri....
Bukit Alesano terletak di sebelah kiri jalan sebelum Pos Embrio. Sebelum ke Alesano saya sempatkan untuk foto dulu di papan nama Embrio. Sungguh Ikonik sekali papan ini, jika gowes kesini hukumnya adalah wajib berfoto dibawah papan nama ini. Bagaimana jika sudah terlanjur gowes kesana tetapi lupa atau tidak sempat berfoto dibawah nama ini, maka anda hukumnya wajib mengulang kembali gowesnya dari awal. Eee..busett...
Setelah beberapa meter belok kiri dari Plang Embrio, jalanan bercbaang dua, ke kiri dan ke kanan. Berhubung motor-motor berbelok ke kiri saya mngikuti mereka karena feeling saya mereka pun pasti sama dengan apa yang akan saya tuju. Jalanannya berupa tanah dan ditemui sisa-sisa jalan aspal yang telah rusak. Sebelah kiri terdapat 2 tenda yang sudah berdiri dan diatasnya lagi terdapat bangunan, perkiraan saya villa ternyata sebuah warung dan mungkin juga di jadikan sattlement. Di dapan warung ternyata sudah ngetem mobil bak tukang tahu bulat, mungkin dari bawah mah masih bulat, tapi kalau sudah sampai atas sini bisa jadi udah jadi trapesium..hihi...
Jam 16.05 akhirnya tiba di titik tertinggi bukit Alesano. Sebenarnya ada jalan naik yang pastinya lebih tinggi lagi, tapi menurut Akang penjaga jalan tersebut berakhir di Villa pribadi. Sesaat saya tidak bisa melihat pemandangan apapun di depan mata karena tertutup oleh kabut tebal yang tiba-tiba menyelimuti bukit ini. Sekitar jam 16.15 kabut hilang tersapu angin,secara perlahan-lahan laksana jendela yang tersingkap tirainya, tersaji pemandangan indah di depan mata. Kesempatan ini tidak di sia-siakan, langsung minta tolong sama Akang penjaga untuk pegang kamera. Kemudian ngobrol-ngobrol sejenak dengan si Akang. Menurutnya tadi siang juga ada satu sepeda foto-foto disini tetapi dia lupa menyakan asalnya darimana. Dia juga bercerita kalau sekarang sudah tidak boleh lagi camping di sekitar sini, salah satu permasalahanya yaitu mengenai pemasukan yang didapat oleh pengelola tidak dirasakan oleh pemilik lahan sehingga timbul konflik. Mungkin banyak aspek-aspek lainnya yang menyebabkan larangan bercamping disini yang kita tidak ketahui. Untuk mengatasi para pengunjung ”nakal” yang masih mendirikan tenda, aparat gabungan dari polsek, kodim dan kecamatan terkadang melakukan razia untuk menertibkan para pengunjung tersebut.
Jam 16.30 pamit pulang kepada akang penjaga, beliau menyarankan untuk lewat jalur cor-coran semen, jaraknya lebih dekat untuk keluar dan muncul persis di belakang Pos penjaga portal Embrio. Jalanan ini bagus, tetapi behubung di portal setinggi pinggang sehingga hanya bisa di lalui sepeda saja. Tidak lama kemudian saya sudah tiba di belakang pos penjaga embrio dan keluar melalui jalan pertama kali masuk, tetapi arahnya dari sebelah kanan jalan arah masuk. Pantas saja motor-motor memilih ke arah kiri, karena di depan terdapat portal yang menghalangi mereka.
Jam 18.45 alhamdulillah akhirnya tiba di rumah dengan selamat meskipun sepanjang perjalanan pulang harus hujan-hujanan dan berjibaku dengan kemacetan kota bogor. Waktu tempuh dan jarak tempuh tidak terukur yang penting hati bahagia ..hihi...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
GOWES CIORAY-SUKAMAKMUR
CIORAY-SUKAMAKMUR Senin 28 Pebuari 2022 bertepatan dengan hari libur Isra Miraj gowes dengan tujuan Cioray Sukamakmur. Setelah membaca berit...
-
30 Tanjakan Miring di Bogor Bagi goweser yang tidak suka travelling tetapi hobbynya nanjak mungkin ini bisa menjadi referensi untuk mengh...
-
Minggu 13 September 2015, gowes September Ceria menuju Curug Leuwihejo sebuah destinasi wisata yang sedang nge-hits di dunia maya karena ke ...
No comments:
Post a Comment