Tuesday 15 March 2016

Gowes Sukamakmur Curug Ciherang

Sabtu, 5 Maret 2016 setelah sebelumnya dilakukan briefing dan rapat-rapat yang sangat intensif, dengan perdebatan yang sengit, dicetuskanlah rencana gowes kali ini ke Curug Ciherang. Peserta yang terkumpul kali ini berjumlah 1 orang, yaitu saya sendiri..hehe...
Rencana Gowes Demit-Curug Nangka-Koi-Gunung Bunder bersama Om Fajar yang batal karena beliau kurang fit, mengingatkan saya salah satu treat nanjak di daerah Sukamakmur yang cukup kesohor dan patut untuk dicoba, yaitu Tanjakan Tembok Curug Ciherang.
Sukamakmur merupakan rute alternatif menuju Kota Bunga/ Cipanas yang biasa dikenal sebagai jalur Puncak II. Jika dari arah Sentul City, melewati pertigaan Gn.Pancar lurus saja melewati depan Curug Leuwihejo sampai di pertigaan Cibadak belok kanan. Sedangkan kalau melalui Citeurep, masuk ke pasar Citeurep menuju Kebun Wisata Pasir Mukti, dari sini tinggal lurus saja ke arah Kota Bunga.
Berangkat dari rumah dikawasan Bojonggede jam 08.10, dengan membawa berbagai peralatan lenong mulai dari jas hujan, ban dalam, pompa, dan yang paling penting yaitu dompet isi lemper. Rute berangkatnya saya memilih jalur Sentul ke Cibadak via Leuwi Hejo. Rute ini lebih pendek dibandingkan jika kita melalui Pasar Citeurep. Karena sudah dua kali melewati jalur ini, agak sedikit terbantu juga untuk memainkan ritme kayuhan, karena sudah mulai mengetahui area-area tanjakan dan rolling-rolling yang perlu sentuhan permainan gigi. Sampai di jembatan kayu Karang Tengah, ternyata sudah berubah menjadi jembatan beton yang lumayan lebar. Turunan curam sebelumnya berlubang sudah di aspal mulus, jembatan lama yang dialasi balok-balok kayu masih terlihat di sisi kiri, karena perbandingan antara jembatan yang lama dan yang baru terlihat kontras, menjadi menarik untuk di abadikan.
View Gunung Pancar dari belakang
Menjelang belokan ke arah Gn.Pancar via Kawah Merah
Jembatan lama dan jembatan baru
Selpih dulu ah...
Setelah jembatan baru dilalui, langsung melahap tanjakan kelok, beruntung motor dan mobil volumenya sedang sedikit, sehingga berhasil dilalui dengan sukses sampai tempat foto session 2 ribu. Sampai di depan jalan masuk ke Curug Leuwihejo menunjukan pukul 11.20, pintu masuk menuju Curug Leuwihejo ternyata di portal dan pasang pemberitahuan kalau Curug Leuwihejo sedang di tutup untuk sementara waktu. Pantas saja, mobil dan motor ke arah Curug Leuwihejo tidak sebanyak biasanya jika Curug sedang di buka
.
Pemandangan disamping foto sesion 2ribu
ehmm........
Tidak lama kemudian sampailah di Jembatan Cileungsi. Beberapa tahun sebelumnya, jalanan ini pun berupa jembatan besi yang beralaskan balok-balok kayu. Sekarang sudah menjadi jembatan beton yang cukup lebar, tapi entah kenapa jembatannya berwarna kuning sama dengan jembatan kayu sebelumnya. Di sisi kanan jembatan ada kedai Kopi, tempatnya cukup rindang untuk beristirahat sejenak dengan pemandangan sungai Cileungsi yang sedang keruh dan debitnya sepertinya sedang naik. Pesan Indomie telor plus teh manis buat nambah tenaga nanjak sampai pertigaan Cibadak. Menurut Akang penjual Indomie, Curug Leuwihejo sedang di tutup lantaran debit air sedang tinggi, kemudian belum lama ini sekitar akhir Januari ada longsoran batu yang menimpa pengunjung curug. Untuk mencegah hal-hal yang di inginkan, sementara ini Leuwihejo ditutup sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan. Sebelum saya datang, menurut si akang, disini hujan. beruntung ketika hujan saya belum sampai kedai ini, dan ada 9 sepeda lewat sini menuju arah Cibadak. Kalau begitu saya adalah sepeda yang ke-10 yang lewat hari ini.hehe..
Warnanya sama kaya jembatan yang tadi..
Kalau melewati jembatan ini saya teringat ketika akhir 2010 saat saya pertama kali melewati jalan ini dengan mengendari motor Pulsar yang terkenal akan bobotnya yang berat pada saat itu, tanjakan curam dengam batu-batu besar lepas membuat tangan saya gemetar seperti orang tremor saking takutnya, very exiting. Berbeda dengan sekarang, jalannya sudah relatif bagus, hanya beberapa titik saja yang masih berlubang. Munculnya curug-curug seperti Leuwihejo,Barong, Putri Kencana,dkk berimbas membaiknya sarana dan prasarana jalan di daerah ini.
Setelah di bayar dengan tunai, langsung saya dikasih bonus sama si akang yaitu tanjakan sampai SDN 1 Cibadak. Indomie yang belum lama masuk perut langsung berubah menjadi mie kocok, karena perut terasa dikocok tidak karuan. Samping SDN 1 Cibadak ternyata ada kedai nasi yang ramai oleh Klub Motorcross. Untuk menu nasi kocok, mungkin lain kali saya sambangi warung motorcross ini.
Sampai pertigaan Cibadak, kalau ke kiri ke Citeurep, sedangkan ke kanan ke Cipanas/Kota Bunga. Saya ambil arah kanan ke Kota Bunga, cuaca mendung tiba-tiba berubah menjadi panas terik. Melewati kanan kiri persawahan semakin menambah sorot matahari, jalanan yang semula relatif datar berubah menjadi naik-turun. Tidak lama kemudian sampai di sebrang pasar Sukamakmur,jika lurus ke arah Jonggol, sedangkan kalau belok kanan ke arah Kota Bunga.
Pasar Sukamakmur
Baru beberapa saat gowes, ketemu jalanan yang hancur, tanah dan berlumpur berjarak beberapa ratus meter, motor-motor yang membonceng keluarga mau tidak mau harus turun jika tidak ingin jatuh konyol. Jalan naik-turun (rolling) terus dilewati sampailah di sebuah pertigaan dengan papan petunjuk ke arah kanan bahwa Curug Ciherang 4km, Curug Cipamingkis 4.8km. Sebuah papan yang memberikan harapan bahwa tujuan gowes kali ini tidak lama lagi akan sampai.
Jalannya hancur lebur lepas Pasar Sukamakmur
Jembatan Ciherang, warnanya kuning juga lho..
Sungai Ciherang
Mirip Gunung Pancar...
Ati-ati bang kecempLung kali
Aseekk...tinggal 4Km lagi..
Cuaca mendadak berubah menjadi gelap dan gerimis-germis kecil mulai jatuh. Gowes 4 km di iringi dengan hujan intensitas kecil dan sedang, cuaca gowes kali ini bisa dibilang cukup mendukung tapi tidak banyak membantu karena stamina sudah terkuras. Rolling-rolling tajam sepanjang 19km mulai dari belokan ke Gunung Pancar via Kawah Merah sampai papan nama ini, membuat menu nanjak utama ini sangat berat dilalui. Catatan waktu sudah tidak diperhitungkan, yang difokuskan lebih kepada ritme kayuhan, kalau orang jawa bilang slowly but sure. Tidak berapa lama kabut mulai menyelimuti kanan kiri jalan dengan dibarengi hujan sedang. Saya nyalakan lampu belakang dan lampu depan sebagai tanda bagi kendaraan bermotor yang lain biar tidak colak-colek. Setelah menanti agak lama, sampailah saya di tanjakan tembok. Tanjakan yang di nanti-nanti setiap goweser jika menuju kota bunga. Tanjakan yang cukup panjang dengan sudut kemiringan yang cukup lumayan. Dinamakan tanjakan tembok karena di sisi kiri jalannya membentang tembok dengan ketinggian sekitar 2 meter.
Kabutnya banyak bener
Mulai memasuki tanjakan tembok
Tanjakan tembok
Iklan dulu..
Mungkin kalau di tanjakan ini banyak yang jualan Batagor atau Siomay, bisa jadi namanya tanjakan ketoprak...haha..kagak nyambung kelessss
Sehabis menu tanjakan tembok, ternyata belum selesai, masih terlihat tanjakan ke kanan terus berbelok lurus. Istirahat sejenak diwarung pinggir jalan, tetapi karena warungnya tutup hanya bisa rebahan sambil meluruskan pikiran yang bengkok-bengkok. Lanjut gowes dengan dengan perlahan, 2 tanjakan terlewat sampailah diujung tanjakan dan terlihat tanda panah ke kanan bertuliskan Curug Ciherang. Waktu menunjukan pukul 16.25, benar-benar bukan catatan waktu yang bagus. Mampir di warung memesan teh manis panas. Bersepeda di kawasan pegunungan yang berkabut di temani segelas teh manis panas sungguh suatu nikmat tersendiri. Dipapan nama tertulis petunjuk Curug Ciherang 600m, sedangkan petunjuk dari Disbudpar tertulis 800m. Pemerintahan kita memang keterlaluan ya, jarak tempuh ke Curug saja sampai di mark up, dari 600m ke 800m ..hehe..
Papan petunjuk Kota Bunga 15Km lagi
Jalan menuju Kota Bunga
My pufy..
600m vs 800m
Jalan ke arah Curug Ciherang
Karena waktu sudah sore, saya tidak masuk ke Curug Ciherang, jadi jarak menuju Curug masih menjadi tanda tanya bagi saya, 600m kah? 800m? Jarak tempuh sudah sekitar 46km.
Pulang melewati jalan yang sama, tetapi tidak melalui Cibadak Leuwihejo, melainkan lurus melalui pasar Citeurep. Saya pertimbangan untuk menghindari rolling di Cibadak Karang Tengah yang pasti akan berat di saat stamina sudah kendur. Perjalanan sampai Pasir Mukti masih di suguhi dengan selingan tanjakan-tanjakan kecil yang bikin gemes. Track ke Sukamakmur ini sangat berbeda dengan kita nanjak ke Warung Mang Ade dari Bogor. Jika kita nanjak ke Mang Ade, pulangnya akan di suguhi full turunan sampai Jambu 2 Kota Bogor. Akan tetapi kalau ke Sukamakmur, pulangnya kita dihadapi dengan tanjakan-tanjakan yang hampir sama saat kita berangkat. Mirip-mirip jika kita gowes dari Bogor ke Ciboleger(Baduy) Banten, pulang pergi kita akan dihadapkan menu rolling . Tetapi menurut saya tanjakan dan rolling Sukamakmur lebih juara.
Sampai di rumah sekitar pukul 21.00 lebih banyak, total jarak tempuh sekitar 94 km dengan membawa oleh-oleh nasi Padang untuk makan malam.. Terimaksih ya rabb....

GOWES CIORAY-SUKAMAKMUR

CIORAY-SUKAMAKMUR Senin 28 Pebuari 2022 bertepatan dengan hari libur Isra Miraj gowes dengan tujuan Cioray Sukamakmur. Setelah membaca berit...