Monday, 30 October 2017

Gowes Sukamantri

Siapa sih yang tidak mengenal Sukamantri?? Kalau goweser yang hobby nanjak pasti sudah tidak asing lagi dengan jalur sukamantri. Bagi yang belum tau berarti mas bro sekalian kurang updet. Masa kids jaman now gak tau sukamantri. Banyak-banyakin googling makanya, jangan hoax terus yang dibanyakin..hihi
Hampir satu tahun lebih belum menyambangi Sukamantri, kangen juga akan rindangnya dedaunan, suara jangkrik dan bau hutan TNGH. Apalagi kemarin baru saja membeli hammock, momentnya jadi pas bnget, gowes plus hammockan di Sukamantri. Selain itu, trek makadam Kujang Raider yang melegenda bukannya bikin kapok,tetapi malah semakin membuat para goweser kangen ingin dan ingin kembali lagi kesana. It's the one of uniqueness Sukamantri Camping Ground. Kalau orang Jerman bilang ngangeni.
Sabtu 16 September 2017 berangkat jam 10.30 dari rumah janjian dengan Arif di Billabong jam 11.00. Sampai di Billabong belum ada tanda tanda kehidupan. Jam 11.10 Akhirnya Arif nongol juga. Dasar anak muda, gak butuh istirahat langsung ngajakin cussss aja. Kayanya dia udah tidak sabar untuk berkenalan dengan yang namanya tanjakan demit. Rute yang akan kami lewati yaitu Jl.Atang Sandjaya, bubulak, Pagelaran, Zam-zam tirta, Demit, pertigaan Cunang, masuk ke jalur Demit, banyak group gowes yang menyebutnya warung tutup, karena keseringan warungnya tutup terus. Tapi beberapa kali saya kesana warungnya kebetulan selalu buka, jadi saya menyebutnya warung buka..hehe..itu mah karena mereka lagi apes aja kali ya. Cuciann deh kamyuu.. Jam 12.30 kami akhirnya tiba di demit. Di tengah terik sinar matahari kami berdua berusaha sekuat tenaga menaklukan salah satu dari 10 tanjakan maut di Bogor, tapi versi saya..hihi.. kalau versi pulisi yang pertama pasti tanjakan Selarong.lol.
Meskipun dengan susah payah letih lelah kami akhirnya sampai di ujung tanjakan.
Next destination yaitu Sukamantri. Jam 13 lebih kami meninggalkan Demit. Incaran kami selanjutnya yaitu warung nasi dan mesjid. Tapi berhubung cuaca hot banget, justru kami lebih banyak berhenti di warung-warung kelontong membeli minuman. Cuaca panas perut kembung gowespun jadi mlehoy. Di pertigaan Ciapus Curug Nangka akhir ketemu jg warung padang, hajarrr...
Jam 14 kami melanjutkan perjalanan masuk ke jl Taman sari. Setelah melewati danau kami berhenti kembali di sebuah mesjid. Terlihat dari depan sedikit panas,tetapi jika kita ke belakang, sejuknya bukan maen bro. Habis Sholat rebahan jadi pengen tidur aja, gak pengen gowes. Sampai di pertigaan warung buka tutup, aspal berganti batu-batu. Meskipun matahari masih terik tetapi udaranya sejuk di tambah angin yang semilir. Jam 15.30 kami sampai di Kujang Raider, merupakan kawasan yang juga di pakai untuk latihan tentara. Pintu gerbang perkemahan sekitar 3 km dari gerbang ini. Meskipun jaraknya pendek,tetapi kami memerlukan waktu yang panjang hingga sampai gerbang perkemahan bumi sukamantri. Maklum mas broh, kita-kita bukan atlit pelatnas.
Jam 16.10 kami sampai di gerbang dan mmbayar biaya masuk 12ribu perorang. There 're something different when I last coming here. Sekarang sudah ada ikon bacaan Sukamantri, macem di tempat-tempat wisata lainnya. Tapi untung lah blum ada rumah pohon. Kalau udah ada rumah pohon, hadeuhh....
Pesen teh manis plus indomie telor sama ibu warung, cuci mulut dengan pisang. Hanamasa hokben warung teko,lewat dah nikmatnya sama ini. Setelah makan kami mulai mencari-cari pohon untuk memasang hammock. Beberapa saat berputar ke belakang kemudian kebawah kesamping ke atas tidak juga menemukan tempat karena kebetulan sedang ramai oleh para pengunjung yang kamping, akhirnya harus puas duduk2 saja menikmati Pemandangan kota bogor dari ketinggian.
Jam 17.30 kami meluncur pulang. Meskipun berupa turunan, tp karena berupa makadam, bukannya enak, tangan malah terasa kesemutan hingga harus beberapa kali berhenti buat senam tangan. Alhamdulillah jam 19.30 akhirnya tiba di rumah dengan total jarak 59 km. Trims buat bro Arif, meskipun gowes dadakan tetapi selalu siap tempur.

Sunday, 15 October 2017

Gowes Desa Malasari (TNGH) dengan Team Jarwo

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGH) wilayahnya meliputi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak(Banten) Tidak heran pintu masuknya tersebar di beberapa titik, selain di Gunung Bunder, Cidahu dan Kabandungan, salah satunya terdapat pula di Desa Malasari.
Belum genap 1 bulan setelah gowes seorang diri ke Malasari, datang ajakan dari Om IP sebagai salah satu dedengkot Jarwo untuk kembali mengulang kembali trek Malasari, ditambah iming-iming melewati tanjakan keramat, membuat ajakan ini sulit ditolak apalagi dilewatkan. Kalau sebelumnya start dari Leuwiliang tetapi kali ininya startnya dari depan rumah. Kalau kata ABG sekarang mah, sesuatu bingittt. Kuat gak yah akoh?? Secara sudah hampir dua minggu nih vacuum gowes karena tugas luar kota, jadi otomatis kondisi fisik agak berbeda dari sebelumnya..huhu..semangattt.. !!
Tidak seperti biasanya, malam menjelang gowes saya bisa tidur nyenyak..hehe.. karena banyak orang yang mengalami kalau ada acara gowes bareng dan harus bangun pagi malah jadi sulit tidur, mungkin karena over exiciting kali ya..cemas atau bisa juga karena habis bertengkar sama pacar atau mantan...lho..lho..kok malah jadi curhat.
Cemas atau takut gak kuat jangan sampai muncul dipikiran kita sebagai pegowes. "You are what you think you are" begini nih kata kakek uyut iyit gw Sigmund Freud. Saat seseorang berpikir gak kuat, bisa jadi yang tadinya dia kuat menggowes menjadi tidak kuat alias lemah syahwat. Lhaaaaaa.....mending japri aja dah bro kalo lemah nyang itunya.
Sabtu 7 Oktober 2017 janjian dengan Arif di Billabong jam 05.30. Jam 05.45 dapat telp dari Arif bahwa dia sudah sampe di Billabong. Bujug dah, gw lagi asik makeup pan sontak ngelempar blas on dan maskara. Lima menit kemudian langsung ngibrittttt ke tempat Arif menunggu di komplek Billabong. Kaga nyangka Arif bisa datang melebihi prediksi gw yaitu pukul 06. Sampai di Billabong Arif senyam senyum menyambut kedatangan saya. Tapi sebenarnya tanpa perlu berkata-kata pun saya tahu yang kau pikirkan sebenarnya anak muda...haha...(Lamaaaaaa.....)
Di tempat terpisah Om IP dan Riza sudah sampai di Parung Kahuripan, tapi berhubung jalurnya sedikit berbeda kita janjian bertemu di Ciampea. Sekitar jam 06.30 start gowes dari Bilabong, Satu jam gowes kami sampai di Ciampea, tepatnya di depan RM Pare Sunda. Sambil menunggu Om IP, Riza dan Harlie dalam perjalanan dari Parung Kahuripan.
Saya dan Arif mengisi bahan bakar berupa semangkuk bubur ayam Cianjur. Untung saja bukan chief Juno yang mencicipi nih bubur, bakalan di bully kalo beneran dia yang nyobain. Dilalahnya yang cicip itu chief hans dan chief Arif dari Bojongkenyot, bagi mereka soal rasa nomer dua puluh dua, yang paling utama perut kenyang...haha..dalam beberapa saat saja semangkuk bubur dilahap habis tak tersisa. Setengah jam kemudian wajah wajah sumringah om IP dkk datang juga, ternyata ada miss komunikasi diantara kami karena mereka menyangka saya dan arif akan berkumpul di Parung Kahuripan sehingga mereka sempat menunggu nunggu saya dan Arif. Olaaah....
So, gowes kali ini terkumpul 5 personel yang akan berjuang menaklukan tanjakan keramat Desa Malasari. Lima personel kalo dalam novel mah udah kaya lima sekawan(The Famous Five) karangan Enid Blyton yang siap bertualang. Tapi sayang 5 sekawan nyang ini isinya sekong semua ..hihi..
Ngobrol ngalor ngidul, ternyata selain saya yang sempat break 2 minggu tidak gowes, ada juga Harlie yang katanya habis menjalani proses recovery selama tiga bulan setelah sebelumnya gowes bikecamp ke Cidahu. Tapi kalau menurut saya sih 3 bulan lebih mirip cuti melahirkan ya dibanding recovery. Yo wess lah..semoga lancar mas bro persalinannya..Laaahhh....
Menjelang pom bensin galuga tiba-tiba ada rider roadbike dengan sopannya menyalip kami. Bagi saya mungkin hal biasa karena saya seringnya memang disalip, jarang bisa menyalip..hihi..tapi tidak bagi Riza, punya power besar tapi tidak ada penyaluran ibarat orang yg libidonya lagi tinggi, kalo tidak disalurkan bisa membuat kegaduhan di dunia persepedahan. Dengan lewatnya road bike menjadikan ajang penyaluran hasrat biolobike bagi Riza, dengan sedikit provokasi sang Rider RB langsung ditempel ketat sampai mereka berdua hilang dari pandangan mata. Dijamin ngapp dah tuh rider di kintilin sama Riza. Rider RB berbelok ke arah karacak menuju pabangbon sedangkan kami lurus terus melewati pasar leuwiliang ke arah Cibeber.
Baru beberapa saat melewati pasar, om IP dan Riza udah tidak terlihat lagi jejak jejak ban sepedanya. Karena patokannya Cibeber, saya, Arif dan Harlie berbelok ke ke jalan raya Sadeng-Hambaro. Beberapa kilometer gowes tetap saja belum ada tanda-tanda dari dua sosok makhluk di depan. Sesaat kemudian om ip menelpon kalau mereka tidak berbelok...waduh..kumaha ieu...
Akhirnya saya menanyakan apakah mereka akan melewati jembatan leuwinanggung, ternyata mereka juga akan lewat sana juga tetapi dengan jalan berbeda dengan melalui jalan Tugu Antam(Jl.Ace Tabrani). Akhirnya kami janjian regroup kembali di Alfamart Leuwinanggung.
Melewati jalan Raya Sadeng-Hambaro relatif lebih sepi dibanding jika kita melewati tugu Antam yang merupakan jalur angkutan umum, sehingga rekomended sekali untuk pesepeda yang ke arah Malasari atau ke Pabangbon via Jl.Raya Antam melalui jalan ini.
Harlie yang baru recovery terlihat sangat berbeda dibanding saat gowes ke Cidahu,look like more powered that day, tapi kali ini menjadi slowly but not sure..hehe.. Tanjakan jalan Hambaro relatif nanjak halus, meskipun begitu kaki saya mulai merasakan agak sedikit nyeri saat menemui tanjakan yang lebih dari halus. Padahal baru 2 minggu dengkul tidak dipakai tetapi sangat terasa pengaruhnya terutama saat di tanjakan, apalagi Harlie yang selama 3 bulan tidak gowes. Tidak sampai karatan pun masih untung tuh dengkul.
Di Alfamart kami regroup sambil memenuhi kembali botol-botol minum yang telah kosong. Di tengah teriknya sorot matahari kami melanjutkan perjalanan kembali. Berapa banyak kami beristirhat? sepertinya tidak terhitung. Gowes nanjak tengah hari bolong membuat kami berkali-kali ber istri banyak...eh..beristri rahat. Sang marshal mister Riza sampai geleng-geleng kepala saking banyaknya waktu yang di sediakan untuk istirahat...yang sabar mister..kalo gowes level kampung emang kaya gini, lebih banyak ngendon diwarung dibanding gowesnya..hehe.. Sasaran kami selanjutnya adalah belokan jl gedong lb.cibeber, demikian petunjuk maps yang diberikan om Adi. Kalau jalur yang dikasih om Adi mah pasti bakalan cihuyyy treknya, sudah tak perlu diragukan lagi, sudah teruji dan terbukti.
Regroup di Alfamart
Berhubung sudah masuk waktu makan siang, om ip memberikan isyarat kepada mr.riza selaku marshal untuk berhenti jika ada warung nasi. Hingga akhirnya sampai di pertigaan jalan masuk gedong cibeber ada sebuah warung nasi, tetapi karena info intelejen di depan masih terdapat warung, terpaksa warung tersebut kita lewati. Tindakan yang mengakibatkan penyeselan di kemudian hari. Padahal informasi statusnya udah A1 loh..
Setelah masuk jalan Gedong Cibeber, tanjakan yang dihadapi semakin menjadi-jadi, di tambah perut sudah susah diajak kompromi, jadi mengganggu konsentrasi para personil gowes kali ini. Setelah berhenti beberapa kali mencari warung nasi tidak ketemu, menurut penuturan penduduk setempat warung nasi terakhir di jalan masuk jalan gedong cibeber tadi yang notabene kami sudah lewati. Oh em jiiii....Penyeselan memang tidak ada yang duluan ya, selalu aja belakangan. Hingga akhirnya sekitar pukul 13.00 kami menemui warung indomie. Depan warung terdapat mesjid, cucok dah untuk tempat isi perut yang udah kering kerontang.
Indomie Lover mencari cinta
Pukul 14.00 kami start kembali dengan di lepas oleh anak-anak kecil yang berteriak- teriak memanggil sepedaaa..sepedaaa...beberapa anak kadang mengajak toss dengan kami. Selepas melewati kampung, kami mulai menghadap medan berbukit dengan beberapa kali rolling dan tanjakan nya semakin edaannn...ternyata banyak tanjakan demitnya di daerah marih.hadeuhh....ampunn biyung.
Turunan cihuyyy
Tanjakannnya bikin mLehooyyy
Hanya Riza yang membabat habis semua tanjakan-tanjakan setan yang ada disini, 4 sekawan sisanya hanya bisa mendorong sambil berdoa semoga cepat sampai di tanjakan keramat. Karena tanjakan keramat merupakan tanjakan terakhir untuk mencapai gerbang TNGH. Setelah cukup lama gowes campur dorong, akhirnya kami tiba di Kantor Desa Malasari, artinya 1.5km lagi kami akan sampai di pintu gerbang TNGH. Tidak berapa lama kemudian Pak sekdes keluar dari kantor Desa, beliau sangat welcome atas kedatangan kami. Bahkan beliau mempersilakan kami menginap di kantor desa atau di rumah beliau jika kami memang memerlukan tempat menginap. Waaaww..patut di acungi 5 jempol buat pak sekdes atas hospitalitynya. Sayangnya saya lupa foto bareng pak sekdes. Cuma om IP yang yang sempat berfoto dengan beliau. Terimakasih pak sekdes atas rambutannya...eh..sambutannya.
Kantor Desa Malasari
Om Ip dan Pak Sekdes
Tanjakan keramat demikian sebutan yang diberikan oleh para pesepeda untuk tanjakan ini. Membentang sekitar 1,5Km berawal dari kantor Desa Malasari sampai pintu gerbang TNGH. Menurut pak sekdes, di tengah tanjakan terdapat kuburan yang dianggap keramat oleh penduduk setempat sehingga dinamakan tanjakan keramat. Setelah puas foto-foto, saya, Arif dan Harlie mulai icip-icip tanjakan , perlahan-lahan kami mengayuh pedal kami agar dapat marayap naik ke atas. Semakin ke atas ternyata sudut kemiringannya tajam. Di sebuah pos kamling kami istirahat mengambil nafas, tidak lama kemudian om IP menyusul bergabung. Hanya Riza yang mampu menggowes tanpa henti hingga gerbang TNGH. Salah satu contoh power of mind kaya begonoh ini.
Dengan di iringi hujan gerimis kami berempat mendorong dengan susah payah hingga pintu gerbang TNGH. Di sepanjang tanjakan keramat tersajikan salah satu menu wisata di desa ini yaitu sawah terasiring 1001 undak. Buat lo yang punya rencana liburan ke Bali hanya sekedar lihat Ubud, mending cepet-cepet lo cancel tiket lo,lo refund terus lo ambil duit lo dah buat ongkos kemarih. Gak usah jauh-jauh ke Bali, disini lebih indah, lebih keren, lebih ke kinian dan pemandangannya instagramable pake bangettt. Sawahnya benar-benar amazing, ekspektasi yang lo dapatkan bakalan melebihi apa yang lo bayangkan. Btw, ngomong-ngomong lo pernah ke Bali mas bro?? Haha...belum pernah juga sih om broh. Gubraakkk dah gua.
Kantor Desa dari atas Tanjakan Keramat
gowes ala-ala spanyol
Harlie sedang menghitung 1001 sawah terasiring
pantang menyerah menaklukan tanjakan keramat
Jam 16.00 lebih kami sampai di warung teteh TNGH. Hujan semakin deras, sambil menunggu reda kami memesan teh manis untuk menghangatkan perut. Teteh warung yang maniz dan ramah semakin membuat suasana semakin hangat. Seperti halnya dengan pak sekdes, teteh warung pun mempersilakan jika Ada yang ingin menginap bisa di teras warungnya. Salutt banget untuk hospitality orang-orang disini, memang seharusnya sikap seperti ini yang dimiliki oleh penduduk desa wisata dimanapun dan apapun jenis wisatanya jika ingin maju. Teman-teman ternyata lebih tertarik dengan tawaran teteh warung dibandingkan dengan tawaran pak sekdes. Hadeuhh....dasar kadal buntung lo pade....haha..
Gerbang TNGH
Jam 17.30 kami pulang dengan jalan berbeda yaitu melalui jalan desa wisata Malasari. Kalo kata marshal sih kita melewati jalur kandang ayam. jam setengah 7 masih disekitaran hutan, Riza mengalami kempes ban karena bocor membentur polisi tidur saat di perkampungan tadi. Besok besok mah polisi jangan tidur disitu lagi dah, mending suruh tidur di rumah pak sekdes aja. Tapi jangan tidur di warung si teteh gerbang, karena baru saja om IP kontak traveloka untuk booking selama 1 tahun ke depan. Eh..buseett..mau nambah lagi nih ceritanya, mentang-mentang disitu susah sinyal..hehe..
Bocor ban di hutan
Perjalanan kami ke bawah mendapat bantuan dari seorang pengendara motor yang baik hati, yang secara sukarela mengawal kami demi menerangi jalan yang akan kami lewati. Sesuatu hal sepele tetapi sedikit orang yang mau melakukan, besar manfaatnya bagi orang yang membutuhkan. Terimakasih om penunggang motor, kami tidak mengenal anda, kami tidak mencatat nama anda, tapi kebaikan anda insyallah akan dicatat oleh malaikat Raqib. Aminn.
Menjelang terminal leuwiliang kami mampir disebuah warung nasi goreng. Waktu menunjukan pukul 19.30, pantes aja perut sudah terasa kriukk..kriukk..
Di pertigaan Ranca Bungur kami terpecah dua, Om IP dan Riza melewati rancabungur menuju Parung Kahuripan, sedangkan saya beserta Arif dan Harlie melewati jalan Atang Sandjaya. Alhamdulliah, sampai di rumah jam 22.30 dengan total jarak tempuh 124 km. Trims buat team jarwo, next time kita explore kembali TNGH dengan rute yang lebih gila,lebih edann dan yang lebih menyeramkan tanjakannya. Mengutip kata-kata Ariel Peterpan: "kalian luar biasaaa..."
Reply, Reply All or Forward

GOWES CIORAY-SUKAMAKMUR

CIORAY-SUKAMAKMUR Senin 28 Pebuari 2022 bertepatan dengan hari libur Isra Miraj gowes dengan tujuan Cioray Sukamakmur. Setelah membaca berit...