Rabu 17 Agustus 2016 Gowes
Independent day ke Pura Jagatkarta. Di saat orang-orang sedang upacara bendera, saya mbandel membolos. Selagi bendera masih merah putih, Indonesia masih raya, dan Pancasila masih tetap lima dasar, jiwa raga saya masih setia untuk menggowes. Tidak sekali-kali pun saya berganti Pasport, niatan berganti saja tidak pernah terbersit sekalipun. Wong...keluar negeri aja blum pernah, gimana mau ganti pasport. Paling banter juga saya ganti celana dalem...psssttt....ya sudahlah, segala urusan sudah saya kembalikan.
Start dari Bojonggede sekitar jam sembilan lebih dikit, kalau gowes sendiri memang suka-suka kita untuk mengatur waktu. Rencana rute kali ini saya akan ke Pura jakatkarta via Demit. Kemudian pulangnya akan melewati Curug Nangka menuju Gunung Malang tembus Situ Daun. Di Perumahan Alam Tirta Ciomas saya dikejutkan oleh pesepeda dari belakang yang tiba-tiba akan menyalip saya. Ternyata-eh ternyata saya berjumpa dengan Om Leo salah satu master gowes Bobico. Karena beliau tidak jadi ke Sukamantri karena sudah siang, beliau bersedia menemani saya ke Pura Jagatkarta melalui Warung Loa. Be te we, disaat yang bersamaan di Sukamantri berbagai grup sepeda sedang melakukan upacara bendera. Sukurlah ada teman mbandel untuk menemani bolos. Sampai di Demit, sudah bisa ditebak beliau ngacir di depan, bahkan ketika saya menyelesaikan tanjakan, beliau turun lagi mengulang tanjakan. Benar-benar sosok yang super sekali om yang satu ini. Dikala goweser lain menghindari tanjakan, beliau malah mengulangi tanjakan yang berjuluk dedemit ini. Luar biasa. Benar-benar
Out Of The Box....."
Setelah Demit terlewati, beliau langsung tancap pedal kembali sampai tidak kelihatan jejak-jejak sadelnya sekalipun. Beliau menunggu di pertigaan yang merupakan pertemuan jalan dari arah Ciapus. Hampir jam 12 siang, matahari sangat menyengat semakin mempercepat rasa lelah menggowes. Beberapa saat menggowes belok kiri melalui jalur alternatif yang biasa di sebut sebagai Warung Loa. Jalannya sudah Semen cor, tetapi setelah melewati SMA Negeri Taman Sari kemudian belok kanan, masuk jalan aspal yang sebagian besar jalannya sudah banyak yang rusak aspalnya. Kaka- kiri jalannya banyak di tumbuhi pohon sehingga lebih rindang jika dibandingkan melewati jalan raya. Di tengah jalur kami disuguhi turunan yang cukup panjang yang menimbulkan kecurigaan dari saya. Ternyata kecurigaan saya benar, kami sampai di jalan raya Ciapus kembali tidak jauh dari petunjuk papan ke arah Pura Jagatkarta. Kami ternyata salah belok. Terpaksa harus nanjak kembali dari jalan raya ke Pura, suatu yang menjadi berkah di tengah hari bolong. Di depan Pura kami istirahat sejenak mengisi Botol minuman yang telah kosong. Tujuan selanjutnya yaitu tower di atas Pura. Sampai di atas tower kami berdua terkejut karena lapangan yang terdapat di atas tower telah berbubah menjadi warung Nawacita dengan bendera merah putih di pelataran parkirnya. Nawacita berasal dari bahasa Sansekerta. Nawa artinya Sembilan dan Cita artinya Harapan/Keinginan. Mungkin Pemilik warungnya memiliki sembilan harapan terhadap keberadaan warung ini. Atau mungkin juga beliau simpatisan Ki joko bodo..lho kok jadi melebar kemana-mana. Istirahat sejenak di payung-payung yang telah disediakan, tapi sayang payungnya tidak ada
girl nya. Emangnya mau balap motor pak...
Gowes 19 Desember 2015
Desember 2015 masih berupa tanah lapang
Cuaca gerimis dan petir seakan di atas kepala tapi tetap selfi juga
Gowes 17 Agustus 2016
Di pinggir lapangan sudah di turap
Titik saat tahun 2015 memphoto
Lapangan sudah berubah menjadi lahan parkir
Dari warung kami nanjak lagi untuk menuju single trek tembus tidak jauh dari pintu tiket Curug nangka. Treknya lumayan komplit juga ternyata hari ini, aspal, batu, singletrek..
Sampai di depan pertigaan Curug Nangka, kami makan siang dulu di warung nasi. Menu Nasi telor plus Sayur tahu membuat kaki bertenaga kembali. Jalan yang akan dihadapi adalah rolling ke arah Curug Luhur sekitar 5 km. Kalau Cuma 5 km sepertinya telor dan tahu masih sanggup untuk melibas tanjakan-tanjakan ke curug luhur. Rolling sejauh 5 km dilakoni dengan catatan waktu sekitar 30 mnit saja. Bener-bener ngap ngapan kalau gowes ngikutin master, bukan kembang kempis, tapi nafas udah kaya kembang tahu karena kebanyakan makan tahu tadi. Sebelum Curug Luhur kami belok kanan ke arah Gn.Malang yang akan tembus ke arah Situ Daun. Setelah Situ daun kami belok kiri ke arah Tenjolaya. Sampai di Jembatan Cinangneng pukul 14.00 lebih dikit, kami berpisah, saya belok kanan sedangkan om Leo belok kiri menuju saudaranya di Cikampak.
Cuaca yang terik membuat saya mendekam di warung pingir jalan menunggu panasnya turun, kalau dikasih parasetamol mungkin panasnya lebih cepat hilang kali ya....
Jam Setengah 3 kembali meneruskan perjalanan pulang dan tiba di rumah sekitar pukul 16.00 kurang dikit. Alhamdulliah gowes kali ini berjalan dengan lancar meskipun sempat kesasar..haha.. MERDEKAAAA.... !!!
Salam Tax Amnesty.....
Special Thanks to: Om leo,Master Gowes from bobico, who takes the picture in this trip.
No comments:
Post a Comment