Sunday, 28 August 2016

Gowes Prasasti Ciaruteun

Gowes Mukidi ke Prasasti Ciaruteun. Minggu tanggal 28 Agustus 2016 mengambil tema Mukidi yang sedang menjadi viral di social Media. Rute yang diambil yaitu Bojonggede-Rancabungur-Ps.Ciampea-Prasasti Ciaruteun- Desa Cidokom-Desa Gobang-Desa Mekar Jaya(Kp. Jengkol) -Desa Karehkel-Ps. Leuwiliang-Dramaga-Bubulak- Yasmin kemudian kembali ke Bojonggede. Berangkat dari rumah di kawasan Bojonggede pukul 09.24 dengan cuaca yang gelap cenderung akan turun hujan. Untuk jaga-jaga agar tidak basah kuyup di jalan maka jas hujan dibawa di backpack.
Untuk menuju Pasar Ciampea saya mengambil rute Diklat Aparatur Perhubungan, letaknya sebelum Parung Kahuripan jika dari arah Bogor. Jika dibandingkan Jalan Atang Sandjaya, rute ini relatif lebih sepi kendaraan bermotor jadi lebih bersahabat untuk peseda. Kalau dari bacaan alamat di rumah yang ada dijalan, nama daerahnya Kemang Udik. Jalannya masih banyak sawah dan ladang di kanan-kiri jalan, dan dipertengahan jalan ada perkebunan Kelapa sawit. Sampai di jalan ranca Bungur ambil ke kiri menuju pertigaan arah atang sandjaya dan Ps.ciampea. Sampai dipertigaan ambil ke kanan lngsung ketemu turunan sampai jembatan Cisadane disambut dengan tanjakan sampai pasar Ciampea. Sesaat sebelum Pasar langsung berbelok ke Kanan menuju ciaruteun. Beberapa Saat kemudian sampai di pertigaan yang terdapat petunjuk Prasasti Ciaruteun. Take Picture langsung berbelok turun sampai di jembatan dan di depan terlihat jalanan yang menanjak. Pelan-pelan berhasil di lalui tidak lama kemudian sampai di papan nama situs Ciaruteun. Jarak dari pertigaan papan petunjuk ternyata tidak begitu jauh yaitu sekitar 1 Km. Foto-foto sebentar lalu meneruskan perjalanan kembali.
Petunjuk arah Pusbang SDM Perhubungan
Danau depan Pusbang Perhubungan
Melewati Kebun sawit
Papan petunjuk arah Prasasti Ciaruteun
Jembatan setelah petunjuk arah Prasasti Ciaruteun
Lokasi Prasasti Ciaruteun
Target selanjutnya yaitu menjajal 2 tanjakan; Tanjakan Kebun Karet danTanjakan Jengkol. Sampai di jembatan Kali Cisadane ada sepeda yang sudah nongkrong terlebih dahulu. Setelah berkenalan, beliau ternyata Om Purnomo, gowes dari Bogor- Ciampea-leuwilliang via latihan Angkatan Darat kemudian masuk ke Karehkel, kebalikannya dari saya. Setelah cukup lama bercakap-cakap kami pun masing-masing melanjutkan Perjalanan kembali. Melintasi jembatan disambut tugu selamat datang di Desa Cidokom. Denger-denger di cidokom ini ada track buat DH, tapi gak tau di sebelah mana. Ketemu pertigaan ambil ke kiri ke arah Leuwiliang, kalau ke kanan ke arah rumpin lanjut ke Cisauk Tangerang. Ini merupakan Jl.Raya Gobang Rumpin, karena letaknya di Desa Gobang. Jalannya sangat cocok untuk rute sepeda karena relatif sepi dari kendaraan bermotor. Tidak lama kemudian target pun terlihat di depan, yaitu tanjakan Kebun Karet. Tanjakan ini tipenya mirip dengan tanjakan depan Rainbowhil, tetapi agak sedikit lebih pendek. Walaupun lebih pendek tapi tetap saja membuat nafas nubie ngos—ngosan. Di atas tanjakan berhenti dulu di tukang Cincau, langsung order 1 gelas es cingcau. Ngobrol ngalor-ngidul dengan si bapak cingcau, sambil sesekali saya melongo liat wajah si bapak saat dia berbicara. Karena dia berbicara almost full sundanese dan banyak kalimat-kalimat yang dia lontarkan yang vocab nya saya tidak mengerti. Masih menurut penjual cincau, Sabtu kemarin ramai oleh pesepeda dari Serpong ke arah Leuwiliang yang mampir membeli Cincau. Badannya besar-besar, tetapi ketika saya tanyakan tentara atau bukan,dia terus saja bercerita dengan bahasa yang semakin saya tidak mengerti. Hadeuh... Untuk para orangtua, di kebun karet ini menurut si bapak cingcau suka ada anak gadis yang teriak minta tolong, tapi bukan setan, melainkan karena perbuatan teman kencannya, so all parents must be take care their daughter. ya elah tong, lu pake bahasa inggris segala, bahasa Sunda aja lu kaga ngattrii..haha
eittt..jangan salah, gini-gini gw pernah di Leiden ngambil Magister Sastra Sunda lho. Emang ada di Leiden S2 Sastra Sunda??? Kagakkk...!!! GubraKkk!! Udah tau gak ada pake nanya lagi lo.
Setelah mebayar 2 gelas Cingcau, langsung cabut lagi. Kok 2 gelas?? iya karena saya tadi nambah denger cerita si bapak tentang anak gadis..hehe..Asik bener menikmati turunan sampai Jembatan kali Cisadane..tapi belum apa-apa sudah terlihat Tanjakan Jengkol, inilah tanjakan yang seperti diberitahukan om Purnomo tadi. Terletak di Kp. Jengkol jadilah kenapa ini disebut tanjakan Jengkol. Tanjakan ini masih saudaraan dengan Tanjakan Jengkol di belakang Patung Kuda...Mungkin ini adiknya, soalnya ini jengkol masih tergolong beweh alias jengkol muda. Bisa dilihat dari elevasi dan panjang tanjakannya. Kapan-kapan nanti dicoba dicari dimana emak bapaknya berada
Jembatan Cisadane
Tanjakan Kebun Karet
jalanan yang melewati depan TPA Galuga
Tanjakan Jengkol disini tidak separah tanjakan Jengkol Patung Gajah Tajur Halang, meskipun curam tetapi tidak membuat ban depan ajrut-ajrutan. Target ke dua sudah dilewati akhirnya sampai di perempatan; jika lurus menuju Ps. Leuwiliang atau belok kiri melewati pembuangan sampah Galuga sedangkan ke kanan ke Terminal Lwliang. Ditakutkan melewati pasar akan macet, maka saya memilih belok kiri melewati pembuangan sampah galuga, sedikit memotong tapi jalannya menanjak melewati bukit. Sekalian juga menjajal tanjakan ini, karena sebelum-sebelumnya selalu lewat pasar. Di tengah usaha mendaki bukit meski dengan perlahan-lahan aroma sampah busuk menggangu pernafasan. Ternyata saya salah mengambil keputusan, bau sampahnya membuat tidak nyaman dalam menggowes. Tidak rekomended untuk bersepeda melalui jalan ini. Kecuali dari arah sebaliknya, agak sedikit mendingan, bau sampah akan tercium saat turunan. Sampai di cibatok sekitar jam 1, mampir di warung Padang mengingat perut sudah bernyanyi sumbang. Sekitar jam 13.20 lanjut kembali dibawah panasnya terik matahari.
Hari ini cuacanya sangat tidak konsisten alias tidak karuan. Kadang gelap seakan mau turun hujan, panas terik, gerimis tetapi tidak hujan-hujan juga. Sampai di rumah sekitar jam 14.58 dengan total jarak tempuh 68 KM. Di tutup dengan Alhamdulillah.....

Saturday, 20 August 2016

Gowes Curug Kembar Ciberem

Gowes Curug Kembar Ciberem sebuah perjalanan antimainstrem demikian tema gowes kali ini. Sesuai dengan temanya, tempat yang dituju juga merupakan tempat wisata yang dapat di bilang anti these dari curug-curug yang sekarang banyak dikunjungi traveler domestik, terutama curug yang ada disekitar Sentul-Karang Tengah-Cibadak dan sekitarnya. Curug Barong, Curug Leuwihejo, Curug Kencana ataupun curug Bidadari mungkin sudah biasa, tetapi jikalau mendengar Curug Kembar mayoritas traveler akan mengerenyitkan dahi. Sambil bertanya: “ Emangnya ada?” “Dimana?” Terinspirasi oleh pertanyaan pemotor yang menimbulkan rasa penasaran saya dan tekad yang bulat sebulat tahu yang dijajakan di mobil, uhuyy-- untuk mengunjungi curug kembar. Sebagai orang tua yang gagah perkasa serta berwibawa tidak mau kalah dengan ABG-ABG galau yang pada kesana. Berawal pada Minggu lalu ketika pulang dari pasar sukamakmur ( tapi bukan Belanja ya Bu) saya beristirhat di warung pertigaan Cibadak, seorang pemotor bertanya kepada saya:
" Pak arah Curug Kembar kemana?? saya kemudian menunjukan arah lurus.
Kemudian dia bertanya lagi “ Masih jauh Pak?” “Saya juga belum kesana Mas!” :jawab Saya
Setelah mengucapkan terimakasih, Si mas pun pergi ke arah yang saya tunjukan.
Saya pun lantas beranjak pulang via Leuwihejo. Setelah itu saya jadi penasaran seperti apa wujud curug kembar sehingga banyak para pemuda pemudi bahkan tidak sedikit ABG Alay mengunjungi curug kembar.
Minggu 7 Agustus 2016 saya pun start dari rumah di kawasan bojonggede jam 10.05, sudah agak siang memang, tapi daripada tidak gowes sama sekali. Setelah mencari-cari senter SWAT tidak ketemu, apa boleh baut, cukup lampu kedap-kedip saja, karena di takutkan sampai rumah sudah gelap. Saya memilih rute Citeurep ke arah Sukamkmur, berhubung belum pernah mencoba ke Cibadak dari arah Citeurep, lebih sering sebaliknya. Sekitar jam 11.15 sudah sampai di Kebun Wisata Pasir Mukti. Tumben nih saya gowesan saya agak lumayan cepat. Berhenti di pinggir jalan untuk mendinginkan dengkul. Jam 11.30 lanjut kembali, tidak lama kemudian sampai di pertigaan arah ke Hambalang. Petunjuk arah Jonggol/Sukamakmur lurus terus. Jalan yang tadinya biasa-biasa saja mulai merubah menjadi rollling, meski tidak sekejam rolling Cibadak tetapi cukup membuas napas ngap-ngapan kaya ikan mas koki.
Istirahat di pinggir jalan
Jam 12 lewat di sebelah kanan mulai terlihat gunung pancar yang semakin besar, artinya tidak lama lagi saya akan sampai di pertigaan arah Cibadak. Panas yang semakin terik membuat saya harus mecari tempat istirahat untuk mengisi bensin. Berhenti warung kelapa muda, pesan 1 buah di tambah pisang goreng buat doping nanjak sampai SDN Cibadak, karena sebelum SD ada warung SOP IGA yang patut di coba. Sampai di warung Sop Iga sekitar jam 1, langsung saja pesan 1 porsi. Di warung sudh ada beberapa motorcross dan satu sepeda yang parkir. Setelah selesai makan saya pun berbincang dengan si Om sepeda. Si Om dari bekasi, rumahnya disekitar tol Timur dan sedang gowes ke arah Jonggol Via Pasar Sukamakmur-Cileungsi-Bekasi. Waww.. mantap bener si Om sendirian ngeloyornya jauh-jauh. Jam setengah 2 kami pun masing-masing melanjutkan perjalanan.
Pemandangan dijalur yang dilewati
Istirahat di warung kelapa
Masih nanjak aja
Sop iga Mang Engkus supaya dengkul kuat
Sampai di pertigaan Cibadak ada petunjuk arah Curug Kembar . Jalannya semen beton dan masih terlihat masih bagus. Jalannya menanjak halus dan sesekali dapat kejutan yang bikin jantung degup kencang. Tidak ku sangka tidak ku duga, ternyata arah curug kembar banyak tanjakan ajib nya juga. Istirahat di depan rumah orang, kebetulan ada pemuda yang lagi nganter cewe nya pulang . Setelah Cewe nya masuk, saya tanya ke pemuda nan ganteng ini.
“A curug Kembar masih jauh”: tanya saya
“Lumayan pak”:katanya sambil tangannya pegang kunci motor, kayanya dia mau cepet cepet ngacir
Langsung aja saya brondong pertanyaan lagi
"Nanjak terus sampai sana??” sambung saya
“iya pak, nanjak terus, tanjakan lebih-lebih dari yang ini” Kata dia
“nuhun nyak”
Dia pun langsung starter dan gaspol motornya, mungkin ketakutan sama emak nya si cewe, takut dimarahin karena mereka backstreet ( haha..sotoy banget deh kamu). Sudah ah jangan terlalu kepo, pusing nih mikirin tanjakan mau di apain. Dengkul langsung lemes dengar penjelasan si ganteng tanjakannnya lebih-lebih dari nyang ini. Saya ambil Hp untuk hidupkan gogel mep, dilalahnya sinyal XL tidak ada sama sekali. Lemes campur gemes sama XL,sisa jarak tempuh ke arah curug blenk sama sekali, seperti kata Eno lerian “katanya-katanya”. Bermodalkan kata orang di sepanjang jalan yang ditemui, this trip must go on, Go Back Crime.
Pertigaan Cibadak, ada petunjuk arahnya juga
Memasuki jalanan semen
Pemandangan sawah di jalur semen
Tanjakan pertama..
Tanjakan ke-2 sepedanya langsung tepar
Ternyata pemuda ganteng tadi tidak bohong, setelah melewati gardu ronda terlihat jalanan menurun kemudian naik tajam ke arah bukit. Absolutely Great!! But I’m not fear. Just Only Scare maybe..wkkk.. Benar-bener diluar mainstream nih rute. Berhubung perjalanan masih jauh...terpaksa deh di dorong, buat nyimpan tenaga pulang juga...haha alasan doank...modus.
Ketemu Pos ronda ini lurus aja, kalo belok kiri tar nyasar
Hadueh...liat yang kaya gini bikin perut mules
Lanjut gowes lagi ketemu Curug Mariuk, bertanya ke si bapak penjaga loket, curug kembar masih turun ke bawah. Turunan yang yang bikin was-was, karena ketika pulang pasti akan jadi kebalikannya. Selagi ada Gojek dan Grabjek tidak perlu kuatir, tinggal pesan online...tapi kalau sinyalnya juga gak dapat gimana mau pesan. Halahhh..kebanyakan mikir, gak bakalan sampe-sampe, langsung aja meluncur turun. Turunan yang lumayan curam dan cukup panjang juga, enak bercampur menyesal....halahh..mulai ngeres lagi nih pikiran. Setelah melewati tiga tanjakan yang pendek-pendek sampailah saya di pintu masuk curug kembar. Aduhh..gak nyangka bisa sampai juga, kirain nih jalan gak akan habis-habis.
Di depan Curug Mariuk
Menjelang pintu masuk curug kembar
Bayar tiket 15ribu langsung dipersilakan masuk oleh pak penjaga loket...Lanjut....
Akhirnya sampai juga..
Beli Karcis dulu
Depan loket jalannya batu-batu kapur campur batu kali untuk menguruk jalan aslinya yang berupa tanah. Karena berbatu bikin berat untuk di gowes, untunglah tidak sampai TTB, malu juga karena diliatan sama pengunjung yang jalan kaki. Setelah melewatin parkiran pertama, tanjakan curam menghadang berupa batu yang sudah dipadatkan dan sebagian tanah kering. Batu-batu ditambah kombinasi tanah yang licin mengakibatkan ban sepeda saya slip dan hanya bisa sampai di tengah tanjakan. Sampai diparkiran ke dua berupa tanah lapang yang cukup luas, sebagian motor hanya sampai disini untuk memarkirkan kendaraannya yang dilanjutkan dengan berjalan kaki menaiki bukit. Tetapi ada juga beberapa motor yang nekat karena sudah ahli, sampai di warung-warung bawah bukit. Bahkan ada motor piksen yang naik ke curug melewati bukit...saluttt dah. Mungkin tidak sampai tepi curug, karena katanya jalanan setapak berakhir setelah turun dari balik bukit kemudian berganti menjadi tangga-tangga menuju curug
.
Setelah lapangan treknya masih berupa tanah, ban slip berkali-kali. Setelah turun naik sepeda ditambah dorongan tenaga dan tekad yang kuat akhirnya saya sampai juga di atas bukit. Inilah tempat foto session kaum muda-muda, remaja dan emak-emak bapak-bapak yang mengunjungi tempat ini, bahkan ada juga balita, karena pemandangannya yang sangat wah...
Wah apa??Wah indahnya....
wah..indahnya
Treknya tanah, kalo habis hujan gak tau kaya gimana
Spot Area untuk foto session tepat di puncak bukit
Alamak...berat kali kau punya sepeda
Terus mana Curugnya??
Untuk melihatnya curugnya harus menuruni bukit dan turun tangga. Kayanya Edisi mandi-mandinya di skip dulu aja, berhubung hari sudah sore, jam menunjukan pukul 15.35 saya harus bergegas pulang untuk menghindari kemalaman di daerah karang tengah, berhubung saya tidak membawa lampu senter untuk penerangan. Setelah selesai foto-foto langsung saja cuss pulang,...
Gowes pulang tidak kalah beratnya saat berangkat, melewati karang tengah via leuwihejo merupakan perjuangan sampai titik gowes penghabisan. Apapun dilakoni untuk melewati setiap tanjakan, mulai dari dorong-dorong, angkat-angkat sampai panggul-panggul sepeda...apaann sih pak..lebay ah. Setelah capek beristigfar selama 2 jam, akhirnya sekitar jam 17.30 sampai di depan Sirkuit Sentul. Sampai di kandang roda isi premium dulu dengan siomay dan Kelapa Muda. Setelah itu di lanjutkan dengan menambah Oktan booster berupa bubur Kacang ijo di Keradenan. Alhamdulillah sekitar jam 19.00 sampai di rumah. Dengan Total jarak tempuh sejauh 73 Km ( berangkat 38 km dan pulang 35 km). Gowes anti mainstream kali ini benar-benar bikin perut kenyang, Subhanallah.

GOWES CIORAY-SUKAMAKMUR

CIORAY-SUKAMAKMUR Senin 28 Pebuari 2022 bertepatan dengan hari libur Isra Miraj gowes dengan tujuan Cioray Sukamakmur. Setelah membaca berit...