Minggu 8 Maret 2020 berangkat pukul 06.30 janjian bertemu dengan Om Dodik salah satu suhu di group Jarwo Bike Adventure jam setengah 8 di alfamart pasar Nyungcung. Tetapi karena berangkatnya kesiangan ditambah gowesnya tidak bisa ngebut jam 08.00 baru sampai, dengan posisi yang sudah bergeser di warung nasi uduk pertigaan jalan Nyungcung. Ini merupakan salah satu chek poin saya jika gowes ke arah rumpin dan sekitarnya.
Gowes kali ini saya akan menuju ke arah perkampungan cimanceri, salah satu kampung yang tertinggal karena letaknya di atas perbukitan sehingga akses transportasi yang paling memungkinkan hanya sepeda atau sepeda motor. Sebenarnya sudah beberapa kali saya gowes mengunjungi kampung ini. pertama kali tahun 2017 saat mengantar group romli memberikan bantuan sosial setelah itu beberapa kali mengunjungi kampung ini sampai sekarang hampir tidak ada perubahan yang berarti. hanya jalan semen menuju ke arah kampung sekarang sudah lebih bagus dan dibeberapa titik dilakukan pelebaran. Jadi bagi goweser yang suka memakai jurus uler saat menanjak bisa di aplikasikan meliuk-liuk melibas tanjakan cimanceri. Kalau sebelum-sebelumnya saya hanya sampai di cimanceri atau pernah di teruskan tetapi ke arah Danau jayamix, untuk kali ini rutenya akan ditembuskan menuju ke kebun teh Cirangsad di daerah Cigudeg.
Baru melihat dari jauh, om dodik sudah cengar-cengir, tetapi saya tahu kalu dalam hatinya pedih menahan emosi karena menunggu hampir setengah jam lebih. Tapi beruntunglah berkat nasi uduk dan gorengan yang bercita rasa tinggi nan murah meriah berhasil meredam emosi akibat menunggu lama. Benar kata banyak ahli disaat orang lapar akan mudah untuk emosi tetapi disaat perut sudah terisi dan kenyang akan menurunkan tensi ketegangan. Tanpa basa-basi dan menunggu aba-aba untuk jalan, om dodik sudah lebih dahulu meluncur meninggalkan saya yang masih memandang tumpukan gorekan yang menggoda dan melirik nasi uduk dengan daun salam yang menggugah indera penciuman saya. Tidak ingin tertinggal saya pun langsung tancap pedal mengejar jejak-jejak ban sepeda om dodik yang masih menempel di aspal, dan dengan sangat terpaksa melupakan sang uduk yang sudah di depan mata.
Next i will eat you babe....
Beberapa meter dari pertigaan Nyungcung kami belok kanan ke arah perkampungan. Meskipun jalan kampung tetapi jalannya sudah beraspal dan sebagian sudah di beton. Dibeberapa titik masih terdapat jalan batu-batu karena rusak tetapi secara garis besar jalannya sudah relatif baik. Jalan perkampungan dengan kanan kiri sawah dan perbukitan yang berdiri tegap di samping kita, membuat mata dan pikiran bertambah rilex. dengan sesekali melewati tanjakan yang aduhay membuat jantung kita manari-nari merespon mata, hati dan pikiran kita. setelah kurang lebih satu jam gowes kami pun tiba di warung Adul, warung yang terletak sebelum tanjakan babinsa. Mengapa tanjakan babinsa? karena jalannya ini menurut penuturan penduduk setempat di buka oleh babinsa. Di warung adul kami memesan teh manis hangat untuk memenuhi asupan tenaga. Karena setelah ini kami harus berjuang mendaki bukit sampai nantinya di sebuah bangunan Sekolah dasar, SD Cimanceri
.
Setelah beristirahat 1 jam lebih di warung adul, kami pun memutuskan melanjutkan perjalanan kembali. Mengapa istirahat bisa 1 jam lebih? ternyata eh ternyata teman kami yang kabarnya akan mnyusul tidak juga muncul sedangkan sinyal hp menjadi langka di daerah ini. menurut bang adul ada 1 rumah yang menyediakan sinyal, dengan biaya 1 jam sebesar 10 ribu rupiah. Mungkin maksudnya menyediakan WIFI kali ya, ah entahlah..,,Kami melanjutkan perjalanan kembali tetapi tidak melewati tanjakan Babinsa, sebelum Babinsa kami berbelok ke kanan masuk kampung menuju Cimanceri. Makin lama jalanannya semakin menanjak dan sudutnya semakin miring..dengan cleat barunya om dodik seperti menemukan
feel of cleat, tanjakan yang biasa di dorong disikat habis tanpa sisa. Sedang asik-asiknya kami menanjak, muncul 2 anak kecil menghampiri kami menawarkan bantuan. Inilah satu satu ciri khas jika kita ke cimanceri, anak-anak akan muncul untuk menawarkan bantuan, jika yang bersepeda 5 orang maka yang akan muncul 5 anak, tetapi jika yang bersepeda 15 orang maka yang muncul disesuaikan dengan jumlah sepeda yang ada.
Jasa ojek dorong sepeda
Kalau sudah begini bukan masalah kuat atau tidak kuat, tetapi kita harus memberikan kesenangan dan kecerianan bagi anak-anak lokal disana. Dengan cekatan kedua anak tersebut mengambil peran kami berdua, Di pegangnya kuat-kuat setang sepeda kami kemudian dengan sigap mereka mendorong menuju lapangan SD Ciamnceri.
Tibalah kami di sebuah gedung sekolah dasar Ciamnceri dengan nafas masih tersengal-sengal dan detak jantung berdebar kuat. Kami berdua duduk di depan sebuah kelas sambil memandang mkedua bocah yang riang gembira naik dan memainkan sepeda kami. Anak-anak cimanceri masih terbilang murni, karena tidak ada sinyal HP sehingga YouTube, berita streaming atau hiburan game online belum mereka kenal. Disatu Sisi ada dampak positif disisi lain ada juga dampak negatif dari kemajuan teknologi. Tinggal bagaimana kitaenyikapinya. Tidak ingin berlama-lama duduk disini, kamipun berdua bergegas melanjutkan perjalanan kembali. Kepergian kami dilepas oleh kedua bocah dengan tatapan mata yang sang at berating seakan berharap kita bisa tinggal lebih lama bermain dengan mereka. Yah... Moment seperti ini lah yang membuat gowes itu semakin bermakna selain juga menyenangkan. Kami pasti kembali nak.
Tapi entah kapan, menengok kembali kalian dan kampung kalian.
Setelah melewati sekolah dasar kita masih menghadpi jalan semen yang menanjak menuju perkebunan warga. Jalannya naik turun hingga sampai di sebuah jalan raya yang masih rusak. Kami mengambil arah ke kanan yaitu ke perkebunan teh Cirangsad. Ini merupakan perkampungan terakhir yang kita jumpai. Setelah ini kita akan masuki hutan yang di kelola perhutani.
Memasuki hutan perhutani jalannya mulai hancur-hancuran. Jalanan berbatu harus kami lalui dengan kesabaran. Lagi-lagi sepanjang mata memandang ke bawah kami di hadiri lukisan alam yang indah.
Jalan semen setelah SD Cimanceri
Masuk hutan perhutani
View disepanjang jalan hutan perhutani
Jalan makadam menuju Cirangsad
View menuju Cirangsad
Jalan beton menjelang kebun teh Cirangsad
Ditengah perjalann kami diguyur dengan hujan lebat, mengguyur badan kami yang panas akibat terus menanjak, tetapi karena tidak ada tempat berteduh kami terus melanjutkan perjalanan hingga sampailah di sebuah perkebunan teh.
Jam 12 kami pun tiba di Cirangsad dengan kondisi cuaca masih hujan lebat. Kami pun berhenti di sebuah warung bakso untuk sekedar mengganjal perut. Pukul 13.00 karena hujan tak kunjung reda kami memutuskan melanjutkan perjalanan kembali. Turun ke arah leuwiliang bisa melewati perkampungan ataupun bisa melalui jalur aspal yang biasa dilalui Mobil pada umumnya. Karena khawatir licin jika melewsti perkampungan kami pun memutuskan melewati jalur aspal. Sampai di leuwiliang sekitar pukul 14.00 kami pun berhenti disebuah warung nasi untuk makan siang. Pukul 16.30 sudah tiba kembali di rmh dengan selamat tanpa kurang satu apapun dengan menempuh jarak 103 km. Alhamdulillah... trims om dodik untuk trek dan foto-fotonya yang liar biasa.
No comments:
Post a Comment