Monday, 23 April 2018
Gowes Curug Ciputri
Sabtu 17 Maret 2018 setelah satu bulan lamanya setelah acara zero to zero berlalu, baru kali ini nyemplung kembali bersama si redmoss. Tujuan kali ini menyasar pada sebuah air terjun bernama Curug Ciputri. Seperti biasanya sebuah destinasi wisata yang sudah cukup populer sejak beberapa waktu lalu tetapi baru kesempatan ini saya dapat berkunjung kesana. Terletak di Desa Tenjolaya tidak jauh dari terminal angkot Tenjolaya Curug Luhur.
Berangkat dari rumah sekitar pukul 09.10 dengan tujuan awal pemanasan dengkul di Tanjakan demit. Meskipun tanjakannya bikin jantung dagdigdug serrr, tapi entah mengapa banyak goweser selalu ingin datang kembali ke tanjakan ini, termasuk saya, bahkan ada yang sudah sampai di atas turun kembali untuk mengulang tanjakan ini beberapa kali. Sungguh aneh tanjakan ini....Yang aneh gowesernya apa tanjakannya? Ah..entahlah....
Lebih aneh lagi kalau mengaku goweser tapi belum pernah ke tanjakan demit. Mmmm.....tagar baru lagi nih?? Semakin hari sepertinya semakin berat saja kualifikasi menjadi seorang goweser. Mulai dari tagar Ciletuh sampai peringatan hari Kartini yang digagas para Lady Biker pun menyinggung eksistensi seorang goweser. Jangan-jangan ke depannya nanti seorang goweser haruslah seorang lulusan S1 atau Min D3 dari perguruan tinggi ternama dengan IPK minimal 2,75, alamakkss makin susah saja ngelamar jadi goweser....
Melihat tanjakan demit seperti love in first sigth, bikin salah tingkah dan jantung berdebar-debar. Takut dijalani tapi penasaran jika tidak merasakan sendiri. Akhirnya mau tidak mau harus dilewati demi pandangan pertama seperti lagu Alm. A Rafiq
Setelah melewati tanjakan demit di kejauhan saya melihat goweser di depan, segera saya menambah kecepatan meski kaki kelelahan, dari jerseynya sepertinya saya kenal, berwarna putih dengan strip merah. Tetapi di depan alfa ternyata dia berbelok ke kanan menuju daerah nambo yang kemungkinan turun kembali ke arah zamzam tirta, ternyata saya salah orang..haha.. Dunia tidak sesempit yang saya bayangkan. Orang yang saya kira ternyata sudah berada di Pure Jakatkarrta. Sebenarnya agak sedikit kepo dengan kondisi atau suasana pura hari ini, berhubung hari ini bertepatan dengan hari Raya Nyepi. Sepi banget kali ya?? Mirip ujian nasional mungkin?
Di sekitar Cilobak hujan mulai turun sepanjang perjalanan ke arah curug Nangka. Sepeda motor satu persatu mulai menepi tapi karena bukan karena saya mau lewat, tapi mereka takut kehujanan. Jam 12 sampai di depan Highland Resort And Hotel, berhenti sejenak menghela napas untuk mengadapi trek rolling menuju curug Luhur. Dengan ditemani hujan rintik saya melanjutkan kembali menikmati rolling mengasikkan menuju Curug Luhur. Di sepanjang jalur ini ternyata sekarang muncul tempat-tempat wisata baru, seperti Taman Kupu-kupu, Camping ground dan beberapa curug yang saya lupa namanya. Its will be next my destination. Berhubung lambung kapal sudah kosong, berhenti dulu untuk isi muatan di pertigaan ke arah Gn.Malang.
Menjelang terminal Tenjolaya, disebelah kiri jalan terdapat papan petunjuk Curug Ciputri dan Curug Ciampea. Tidak perlu bertanya dan bertinyi lagi, langsung aja belok mengikuti papan petunjuk. Beberapa saat kemudian ada berjalan bercabang ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak perlu khawatir nyasar, karena ada spanduk petunjuk. Ke kanan ke arah curug Ciampea kalau kita lurus ke arah curug Ciputri. Tidak berapa lama saya sampai di gerbang curug Ciputri. Membeli tiket masuk sebesar 20ribu plus difoto sama si akang penjaga loket. Masuk ke dalam terdengar suara sekelompok siswa yang sedang mengadakan kegiatan bercamping. Dengan membawa sepeda langsung saja saya menuju papan petunjuk Curug Ciputri. Jalan yang habis diguyur hujan menjadi licin untuk dilalui, sepeda pun terpaksa saya tuntun. Menurut keterangan akang penjaga tiket, trekking dengan berjalan kaki sekitar 15-20 menit. Lha..gimana kalau saya bawa sepeda. Seperti yang sudah saya perkiraan, life is never flat, begitu juga trek kebanyakan curug yang naik turun tangga, begitu juga dengan curug ciputri, membuat saya berpikir untuk tidak melanjutkan sampai ke curug berhubung hari sudah menjelang sore.
Overall, saya suka suasana di ciputri yang bersih, pengunjung pun tidak begitu banyak karena akses mobil menuju ciputri agak sedikit sulit, dengan adanya empang dan saung di tengah kawasan perkemahan seperti berada di sebuah pedesaan.
Pukul 15.00 saya langsung beranjak pulang menikmati sensasi turunan ciputri sampai tenjolaya. Hanya butuh 30 menit saya sampai disebuah rumah di Desa Cinangneng. Lebih dari 30 tahun rumah ini tidak berubah, tapi suasana desa ini telah banyak berubah tergerus moderinasi zaman. Jembatan bambu digantikan jembatan beton, jalan setapak berubah menjadi aspal hotmix, sebuah pendopo yang dahulu berdiri kokoh telah roboh termakan usia, bahkan tidak jauh dari sini akan dibangun perumahan. Hufff..tak terasa hari sudah menjelang isya, saya kemudian berpamitan pulang. Its so many memory through in here..I hope it always. Ternyata gowespun dapat dapat dijadikan acara silahturahmi keluarga. Alhamdulillah pukul 20.30 sampai dirumah dengan selamat. Kunjungan curug selanjutnya lebih baik sepeda di titipkan saja..hehe
Subscribe to:
Posts (Atom)
GOWES CIORAY-SUKAMAKMUR
CIORAY-SUKAMAKMUR Senin 28 Pebuari 2022 bertepatan dengan hari libur Isra Miraj gowes dengan tujuan Cioray Sukamakmur. Setelah membaca berit...
-
30 Tanjakan Miring di Bogor Bagi goweser yang tidak suka travelling tetapi hobbynya nanjak mungkin ini bisa menjadi referensi untuk mengh...
-
Minggu 13 September 2015, gowes September Ceria menuju Curug Leuwihejo sebuah destinasi wisata yang sedang nge-hits di dunia maya karena ke ...