Sunday, 13 August 2017

Gowes Hambalang-Kampung Baru-Anaconda Bersama Team Jarwo

Gowes Desa Hambalang Anaconda merupakan salah satu trek yang cocok untuk habitat para penunggang MTB. Karena selain on road treknya juga terdapat jalur off road saat kita sampai di jalur anaconda. Berawal dari permintaan Om Ahwie untuk ditemani gowes ke Desa Hambalang kemudian beberapa teman di group Jarwo ternyata tertarik untuk ikut serta menjajal trek legendaris ini.
Minggu 6 Agustus 2017 janjian tikum di Sirkuit Sentul pukul 07.00. Sekitar jam 06.45 om Ahwie tiba lebih dulu di Sirkuit. Meskipun beliau gowes langsung dari rumah di kawasan Cibubur ternyata beliau lebih dulu sampai dari saya yang terbilang tidak begitu jauh dari Sentul. Sekitar jam 07.00 saya sampai di sirkuit dengan perut yang sudah kenyang terisi nasi uduk saat melewati kandang roda. Tidak lama kemudian muncul Arif, Om Pardi, Om Asep, Om Zaenal, Si Mbah dan terakhir Om Ahwie yang sudah sampai sejak dari tadi tetapi penampakannya belakangan. Terakhir kami masih menunggu Habsy yang memberi kabar kalau posisinya masih di Pemda. Jam setengah 8 dengan nafas tersengal-sengal habsy muncul dengan wajah super imutnya. Sejenak kami memberikan kesempatan untuk hasby menikmati nafas sepuasnya sebelum menghadapi tanjakan-tanjakan hambalang yang membuat kita sulit untuk mengambil nafas.
Delapan goweser dengan Om Asep selaku Marshal merangkap RC dan Sweeper langsung melesat cepat masuk ke dalam sirkuit, saking semangatnya beliau sampai salah jalan ke arah dalam sirkuit sentul yang saat itu sedang ramai oleh mobil-mobil yang akan racing. Untung saja bapak security dengan sigap menghadang om Asep. Semangat beliau yang masih menggebu-gebu membuat kita tidak sia-sia mendaulat beliau sebagai sebagai Marshall kali ini. Melewati Palm Hill Golf beliau mulai mengeluarkan senjata andalannya, kamera nixon. Mantap kali marshall kita kali ini, ternyata selain gowes beliau juga hoby fotografi. Gosip yang beredar di Lambe lurah, Lambe Camat, Lambe nnyinyir dan lambe-lambe lainnya, beliau ini mantan fotografer majalah Kuncung..hehe..top bingitt kan..
Sampai di depan kantor Tagana kita foto-foto prewed dulu macem Raisah vs Hamidnudin sebelum menghadapi tanjakan super edan. Karena mulai dari ini tanjakannya gak ada berhentinya sampai Kantor Desa Hambalang. Meskipun jaraknya tidak jauh tetapi bikin nafas tersengal-sengal dan mata merem melek saking enaknya nih tanjakan. Menjelang finish tanjakan depan mesjid Al-falah, si Mbah terlihat menuntun peliharaannya karena sudah ngambek tidak mau dinaiki lagi. Jam 9 kurang kita sampai di warung teteh hambalang kemudian memesan beberapa gelas teh manis. Di warung teteh juga sudah berkumpul juga beberapa personil dari grup Romli seperti om niman, om wito, pak Yono dll yang sudah lebih dulu sampai.
Setelah menghabiskan teh manis kami melanjutkan kembali menuju Kampung Baru Desa Hambalang. Kampung Baru merupakan kampung yang terletak di paling atas desa Hambalang. Dari warung Teteh ke arah Sentul kami belok kiri disamping mesjid kecil mengikuti jalur semen yang samakin di ikuti semakin miring jalanannya. Saking miringnya kaki Arif sampai kram hingga harus turun menuntun sepeda. Tetapi thumb up buat Arif, this is the first time he’s Uphill tapi dia udah bisa nanjak setinggi ini. Hebattt!! Di tambah usia baru 20an dijamin power bakalan terus menerus ngisi jika rutin latihan nanjak. Berhenti sejenak mendinginkan dengkul Arif yang sepertinya tadi mengalami overheat. Menurut Arif, setiap hari dia bike to work Bojonggede-Cilandak pp dengan jarak sekitar 50 km. Wowww.. pantes aja, ini baru pertama kali, apalagi nanti ke dua..ketiga..ke empat..lama-lama kaya saskia gothik..lol.
Tanjakan ke kampung baru emang bener-bener ajib, om Asep sebagai kuncen hambalang pun kesulitan untuk menaklukan tanjakan yang satu ini. Di depan rumah-rumah penduduk kami semua bergelimpangan di jalan seperti ragi tape yang sedang di jemur, baunya udah kaga karuan. Kebetulan beberapa ratus meter dari kampung ini memang ada home industry pembuatan ragi, jika kita lewat persis di depannya tercium bau-bau asam yang kecut. Tiba-tiba om Zaenal panik mencari-cari si Mbah yang hilang dari pandangan mata, namun si Mbah tiba-tiba muncul dengan seplastik pisang goreng yang dibeli dari warung penduduk sekitar yang sudah dingin, walaupun rasanya sudah tidak karuan tetapi niat beliau untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar patut untuk di acungi jempol untuk si Mbah. Antara niat tulus, pencitraan dan modus ternyata memang beda-beda tipis ya..hehe
Kata siapa ban 29” berat di tanjakan, itu mah dengkul lo aja kali broh yang kaga pernah di setup. Om Ahwie dengan Polygon 29” semakin gak terbendung mulai dari Palm hill, Tagana sampai Kampung Baru. Teori roda 29” yang lebih berat saat melalui tanjakan tidak berlaku bagi om Ahwie. Dengan spesifikasi dengkul keluaran terbaru dan betis made in Sidoardjo yang langsung di pasok oleh pabriknya, beliau dengan lahapnya menghabiskan tanjakan-demi tanjakan yang ada. Ternyata teori Roda 29” berat di tanjakan bisa dipatahkan jika kondisi dengkul seseorang sudah mencapai suatu tingkat kekuatan tertentu. Tesisnya berat gowes itu berbanding lurus dengan kondisi dengkul seseorang. Hadeuh...makin ngaco aja nih tulisan. Dari kampung baru kami turun kemudian belok kiri ke jalur offrot, meliuk-liuk melewati ilalang dan ladang-ladang penduduk. Lagi-lagi ini adalah menu santapan om Ahwie yang sedari kecil udah biasa main DH di KTH dan Cihideung. Kalau saya kecilnya main gundu atau layangan, tetapi om satu ini kecilnya aja udah hoby main downhill. Tidak heran baru sebentar aja udah menghilang dari laporan pandangan mata. Berbeda saat menuju kampung Baru, kali ini raut wajah teman-teman terlihat ceria melihat turunan yang tersaji di depan mata. Kaki Arif yang tadinya kram langsung sembuh karena melihat turunan. Muka hasby yang kalau orang betawi bilang "muka nyolot" saat nanjak mendadak berubah menjadi lucu dan imrutt bin gemesssin.. Sedangkan Om Zaenal tetap dengan tugasnya selalu setia mengawal si Mbah di segala medan. Om Pardi pun sudah tak terlihat rimbanya.
Tiba di Jalur Anaconda masing-masing personil sibuk dengan kameree ponsel masing-masing, sedangkan om Asep masih dengan sisa-sisa naluri fotografernya mengeluarkan Nixon DSLR, keren banget dah om Asep udah kaya Roby Darwis.... eh salah...Darwis Triadi.
Hari ini jalur anaconda sedikit lebih ramai dari biasanya karena ada acara berburu babi yang dilakukan oleh sekelompok orang, ada juga club mobil Offroad dan motor trail yang berlalu lalang. Bahkan sempat berpapasan dengan seorang bule yang sedang lari cross country. Baru beberapa ratus meter menikmati turunan Anaconda anting RD Habsy tiba-tiba patah tetapi beruntung Om Pardi membawa tools lengkap. Om Pardi langsung menyulap sepeda Hasby menjadi onespeed, sebuah pilihan yang berat memang tetapi harus dilalukan. Jalur Anaconda ke arah Jungle Land kita lalui dengan gowes campur dorong karena jalurnya memang ada yang disable buat di gowes. Sampai sungai di belakang jungle land sepeda-sepeda langsung pada nyebur karena kepanasan. Habis mandi, udah seger lanjut lagi melewati babakan madang hingga di depan hotel Harris Sentul Om Pardi memberikan kode untuk berbelok ke arah Az-zikra untuk melewati trek kebun singkong sampai tembus di samping pintu tol sirkuit Sentul. Berhubung tengah hari sudah lewat kami makan siang dahulu di sebuah warung makan rekomendasi Om Pardi. Rekomendasi yang oks bangett..
Om Zaenal dan Si Mbah sudah pamit duluan saat kami masih asik makan dengan alasan tidak kuat menahan godaan makhluk-makhluk yang singgah di rumah makan ini.huhehe...Modus aja nih makhluk dua...bilang aja takut disuruh bayarin semuanya. Lanjut mlipir melewati jalur pinggir tol. Kali ini roda 29” pun ngacir lebih dahulu dari yang lain. Setelah di selik kidik lebih mendalam ternyata eh ternyiti yang punya sepeda perutnya mules-mules akibat kebanyakan makan sambel setan, ridernya pun jadi ugal-ugalan macem bus puncak nyang kaga ada remnya, om telolettt om....eh toilet..hueheh..sukses om semoga ketemu ya...!!
Di kolong tol Citereup om Asep belok kanan sedangkan kami ke kiri ke arah komplek LIPI melewati kampung-kampung. Kalau zaman Majapahit mirip banget cerita Desa Warnana karya Mpu Prapanca, bedanya mereka jalan kaki atau naik kuda sedangkan kami naik sepeda..haha.kaga nyambung broh perumpamaan eloh!! Depan CCM om Ahwie lurus menuju cibubur, hati-hati om see you in next trips. Saya, arif, Hasby dan Om Pardi belok kiri ke arah Pemda kemudian berpisah di pertigaan bambu kuning untuk melanjutkan pulang ke rumah masing-masing. Not Increadible hulk, but this is increadible biking. Tidak masalah berapa jarak yang sudah di tempuh tetapi kebersaman dan keceriaan its a moment that you'll never to forget it.
Alhamdullillah....pukul 16.00 sudah tiba di rumah.
Thanks to Jarwo Team and om Asep as chief of Marshall and om Pardi as deputy Marshall

GOWES CIORAY-SUKAMAKMUR

CIORAY-SUKAMAKMUR Senin 28 Pebuari 2022 bertepatan dengan hari libur Isra Miraj gowes dengan tujuan Cioray Sukamakmur. Setelah membaca berit...